Wisatawan memilih tes PCR di bandara Soekarno-Hatta – Nasional

Banyak wisatawan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, memilih untuk mengikuti tes polymerase chain reaction (PCR) standar emas dibandingkan dengan tes antigen cepat wajib sebelum keberangkatan mereka ke kampung halaman karena mereka ingin menjaga keamanan keluarga mereka. dari infeksi COVID-19.

Bayu, 26, yang akan berangkat ke Bandara Internasional Yogyakarta, mengatakan bahwa dia lebih suka mengikuti tes PCR senilai Rp 700.000 (US $ 49,53), meski operator bandara PT Angkasa Pura II hanya mewajibkan pemudik menjalani tes antigen yang lebih murah.

Ia mengatakan akan menjalani tes usap karena ingin memastikan status negatif COVID-19 sebelum menikmati liburan akhir tahun bersama anggota keluarganya di Sukoharjo, Jawa Tengah. Bayu mengaku tidak ingin menjadi penular kepada keluarga dan kerabatnya jika terjangkit virus tersebut.

“Saya memiliki nenek saya, yang merupakan warga lanjut usia, di rumah. Belum lagi ayah, ibu, dan seluruh keluargaku. Kalau saya mudik hanya untuk kunjungan singkat, saya mungkin saja mengambil tes antigen, ”kata Bayu, Minggu seperti dikutip dari Reuters. kompas.id.

Karyawan BUMN itu mengaku berencana berlibur di Yogyakarta sebelum pulang kampung di Sukoharjo.

Seperti Bayu yang ikut antrean tes usap di halte skytrain bandara pada hari Minggu, Ari, 40, juga menghabiskan beberapa jam untuk tes karena berencana pergi ke luar kota untuk perjalanan bisnis.

Baca juga: Tanpa dukungan pemerintah, pengujian COVID-19 tetap rendah di Indonesia

Ari yang semula dijadwalkan terbang pada penerbangan Minggu pukul 12.00 menuju Pontianak, Kalimantan Barat, membuat pihaknya menjadwal ulang penerbangan menjadi Senin, karena antrean untuk tes swab terlalu panjang.

Sementara itu, Abdullah Rajab, 49 tahun, yang baru tiba di Soekarno-Hatta mengungkapkan, pesawat yang ditumpangi tidak memaksakan jarak fisik.

“Pesawat sudah penuh tanpa ada jarak fisik sama sekali,” kata Abdullah, yang tiba dari Mataram, Nusa Tenggara Barat, seraya menambahkan sebagian besar penumpang juga kurang disiplin dalam mempraktikkan protokol kesehatan.

“[The cabin crew] perintahkan lima penumpang keluar pesawat sekaligus, tapi mereka tidak mendengarkan, ”tambahnya.

Abdullah mengatakan dia tidak punya pilihan selain datang ke Jakarta saat peak season karena dia harus mengikuti sebuah acara. Karena dia sangat prihatin tentang tertular virus, Abdullah mengatakan dia mengemas setidaknya 10 masker wajah sekali pakai untuk perjalanan itu sebagai tindakan pencegahan.

Ia juga mengatakan akan menempuh dua tes antigen, satu sebelum berangkat dan satu lagi setelah sampai di Mataram. “Istri saya juga setuju untuk menghabiskan beberapa malam di rumah orang tuanya ketika saya kembali,” tambahnya. (nkn)

Catatan Editor: Artikel ini adalah bagian dari kampanye publik oleh satuan tugas COVID-19 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pandemi.

Source