Trump Mengamuk, Bersiaplah untuk Demonstrasi Besar-besaran untuk Mengguncang AS!

Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya belum mengakui kemenangan rivalnya Joe Biden secara utuh. Bahkan dalam cuitannya, Trump mengakui akan ada protes besar-besaran di Washington DC 6 Januari 2021.

Di Twitter @realDonaldTrump, dia mengungkapkan laporan 36 halaman yang dirilis oleh penasihatnya Peter Navarro. Laporan itu mengutip bukti kecurangan pemilihan presiden yang dapat membatalkan kekalahannya.

“Peter Navarro merilis 36 halaman laporan tentang kecurangan pemilu … Laporan yang sangat bagus,” cuitnya Senin (21/12/2020).

“Secara statistik tidak mungkin kalah dalam pemilihan presiden 2020. Protes besar akan berlangsung di DC 6 Januari. (Saya) akan ada di sana, itu akan gila.”

Trump juga menegaskan Biden tidak memenangkan pemilihan. Menurut mantan pengusaha itu, Biden kalah di enam negara bagian.

“Mereka kemudian membuang ratusan ribu pada setiap suara dan tertangkap. Sekarang politisi Republik (partai Trump) harus berjuang agar kemenangan besar mereka tidak dicuri. Jangan menjadi orang bodoh yang lemah!” dia menekankan lagi.

Dia juga menuding kemungkinan China mengacaukan pemilihan presiden. saat memposting di Twitter Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Penjabat Menteri Pertahanan AS John Ratcliffe.

“Sekarang jelas bahwa saya menang besar, membuatnya semakin memalukan bagi AS,” katanya di Twitter beberapa jam kemudian.

“Penipuan pemilu terbesar dalam sejarah negeri ini,” tulisnya lagi menggunakan huruf kapital. Meski begitu, tweet Trump di-flag oleh Twitter. Media sosial menulis ‘klaim masalah pemilu’.

Sebelumnya, 14 Desember lalu, Joe Biden dilantik sebagai Presiden AS terpilih. Electoral College meresmikan kemenangannya atas Donald Trump.

Suara yang menentukan datang dari negara bagian California, yang memberikan 55 suara. Ini sah untuk membuat Biden melewati ambang 270 suara menjadi 302.

Pemilihan umum biasanya hanya formalitas, yang dilakukan sebulan setelah pemungutan suara. Tetapi upaya hukum dan legislatif Trump, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah AS, untuk membatalkan hasil pemilu telah memberikan proses yang lebih signifikan.

Trump dan timnya telah mengajukan puluhan tuntutan hukum sejak 3 November, di hari pemungutan suara diadakan. Dia meminta pengadilan federal dan negara bagian untuk membatalkan hasil pemilihan berdasarkan tuduhan penipuan.

Namun, berulang kali upaya Trump gagal. Ini mendorongnya untuk mengubah taktik dengan menekan legislator Republik untuk campur tangan dalam pemilihan individu, meskipun sejauh ini belum membuahkan hasil.

(sef / sef)


Source