TEMPO.CO, Jakarta – Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menilai peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 setiap hari dan kematian akibat Covid-19 menunjukkan pandemi tersebut di luar kendali. “Pandemi kita sudah tidak terkendali dan ini tidak berlangsung hanya 1-2 bulan, sudah lama sekali,” kata Dicky kepada Tempo, Senin, 21 Desember 2020.
Dicky mengatakan, faktor lain adalah angka kepositifan atau perbandingan jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan di Indonesia juga di atas 10 persen. Padahal, menurut Dicky, angka kematian sebenarnya kemungkinan tiga kali lipat dari angka yang dilaporkan pemerintah.
Dia mengatakan hal itu memberi sinyal serius bahwa pemerintah tidak memadai dalam menekan kurva dan memutus transmisi Covid-19 untuk mencegah pola ekspansi atau penambahan eksponensial.
“Artinya sudah terlambat. Upaya kita sudah terlambat dan jauh tertinggal 4 minggu, kecepatan penyebaran virus ini,” kata Dicky.
Dicky mengatakan, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain memperkuat 3T, yakni testing, tracing, treatment. Pengujian harus mengacu pada ukuran populasi dan peningkatan pandemi.
“Ini harus mengarah dan diupayakan agar angka kepositifan di bawah 10 persen, bahkan 5 persen. Pekerjaan rumah ini tidak mudah, butuh waktu 2-3 bulan dengan cakupan pengujian, penelusuran, karantina, isolasi yang konsisten,” ujarnya.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 pada 20 Desember 2020, kasus kematian mencatat rekor dengan tambahan 221 kasus dalam 1 hari.
Saat ini kasus aktif Covid-19 di Indonesia sebanyak 15,5 persen atau 103.239 kasus dari total 664.930 kasus yang dikonfirmasi. Sedangkan untuk penambahan kasus positif Covid-19 pada tanggal 20 Desember tercatat 6.982 orang dan kasus sembuh meningkat 5.551 orang.
FRISKI RIANA