Siap-siap, RI Bakal Punya ‘Prank’ atau Trump Christmas Gift?

Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah berbulan-bulan negosiasi stimulus fiskal volume II di Amerika Serikat (AS) selalu menemui jalan buntu, pekan ini akhirnya ada titik terang.

Kongres AS yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Senat telah berhasil mengesahkan draf RUU stimulus fiskal senilai US $ 900 miliar dan dalambundel dengan anggaran pemerintah untuk tahun sampai September 2021 senilai US $ 1,4 triliun.

Stimulus fiskal US $ 900 miliar menjadi yang terbesar kedua yang pernah dicairkan dalam sejarah AS, setelah stimulus US $ 2 triliun yang dirilis Maret lalu, yang disebut CARES Act. Sebagai program dalam CARES Act, program tersebut telah berakhir.

RUU tersebut telah diserahkan kepada Presiden AS Donald Trump untuk ditandatangani sehingga legal dan likuid. Dalam kondisi normal, Presiden Trump memiliki waktu 10 hari (tidak termasuk hari Minggu) hari untuk menandatangani RUU tersebut sehingga menjadi undang-undang, atau memveto atau membatalkan RUU tersebut.

Jika dalam 10 hari Trump tidak menandatangani atau memveto RUU tersebut, secara otomatis RUU tersebut akan menjadi undang-undang. Namun, hingga saat ini Trump belum menandatangani RUU tersebut.

Faktanya, pada Selasa malam waktu setempat Trump mengejutkan pasar, di Twitter, menyebut stimulus $ 900 miliar sebagai “aib”. Dia menggugat kkarena nilainya terlalu kecil.

Pada stimulus kedua, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diperoleh warga AS sebesar US $ 600 / orang, separuh dari sebelumnya yang diterima US $ 1.200 / orang. Untuk pasangan menikah, BLT memperoleh US $ 1.200, dan US $ 600 untuk tanggungan anak.

Mirip dengan program UU CARES, BLT hanya diberikan satu kali. Inilah yang dikhawatirkan Trump.

Ia juga meminta Kongres AS menaikkan BLT dari US $ 600 menjadi US $ 2.000 per orang. Termasuk US $ 4.000 untuk pasangan yang sudah menikah.

Masih ada tenggat waktu untuk pembicaraan stimulus tambahan dalam beberapa hari ke depan. Untuk diketahui, stimulus fiskal UU CARES akan habis pada 26 Desember dan anggaran yang harus dijalankan pemerintah akan habis pada 28 Desember.

Artinya jika Trump tidak menandatangani RUU tersebut hingga tanggal 26 atau 28, maka tidak akan ada stimulus fiskal bagi perekonomian AS untuk sementara waktu. Lebih buruk lagi, pemerintah AS akan berhenti beroperasi (matikan).

Untuk diketahui, sejak September lalu, Kongres AS beberapa kali meloloskan RUU untuk anggaran sementara pemerintah AS agar tidak mengalaminya matikan.

Sejauh ini, Partai Demokrat yang menjadi lawan politik Trump mendukung keinginan tersebut. Sementara itu, Partai Republik yang mendukung pemerintah belum berkomentar.

Nancy Pelosi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS dari Partai Demokrat, mengatakan melalui akun Twitter-nya bahwa dia siap mengikuti keinginan Presiden Trump. Partai Republik berkali-kali menolak menyebutkan berapa nilai BLT yang diinginkan Presiden. Akhirnya Presiden setuju dengan US $ 2.000. Partai Demokrat siap menyusun RUU secara aklamasi pekan ini. Tulis Pelosi di akun Twitternya.

Partai Demokrat sejak lama memang getol menawarkan stimulus yang nilainya lebih besar, tapi ditolak oleh Partai Republik. Jika Partai Republik akhirnya setuju, nilai stimulus fiskal akan meningkat drastis lebih dari US $ 1 triliun.

Mengingat Trump telah menyuarakan keinginannya untuk meningkatkan stimulus fiskal dan Partai Demokrat telah setuju, paket stimulus bisa menjadi jumlah tujuan yang lebih fantastis. Namun nyatanya Partai Republik belum bergeming saat ini, sehingga banyak pihak yang berpendapat bahwa ini hanya tipuan agar negosiasi bisa lama dan alot.

Namun jika Trump ingin meningkatkan paket stimulus dan bukan sekedar manuver politik, maka hal ini tentunya akan menguntungkan pasar modal domestik. Karena jika benar stimulus akan dinaikkan, secara teoritis jumlah dolar yang beredar akan meningkat dan akan menekan nilai greenback sehingga investasi dalam mata uang menjadi kurang menarik.

Salah satunya adalah investor di Wall Street. Bisa saja, jika stimulus ini menjadi tujuan, mencari pasar modal lain di kawasan pasar berkembang untuk memindahkan dana yang akan keluar dari pertukaran Paman Sam.

Salah satu negara pasar berkembang primadona investor tidak lain adalah Indonesia. Sehingga ke depan pasar keuangan dalam negeri akan dibanjiri dana segar dari luar negeri.

Baiklah, semoga saja pasar keuangan domestik mendapatkan yang terbaik untuk hadiah Natal yang manis tahun ini, Amin.

TIM PENELITI CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(trp / trp)


Source