BANDUNG, AYOBANDUNG.COM – Di balik kelezatannya, gorengan memiliki efek buruk bagi tubuh.
Rasa gurih dan renyah dari gorengan menjadi alasan kenapa makanan siap santap ini begitu digemari banyak orang.
Namun nyatanya gorengan tidak disarankan sebagai makanan yang pertama disantap saat berbuka puasa. Pasalnya meski memiliki nutrisi, namun kandungan lemak pada gorengan lebih dominan sehingga membuat gorengan membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna.
Dosen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Siliwangi, Dika Betaditya mengatakan, pada dasarnya bahan yang digunakan dalam gorengan adalah makanan yang tidak berisiko. Namun, akar permasalahan gorengan tidak sehat, kata Dika, adalah minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng.
Sumber lemak pada gorengan dari minyak kelapa merupakan sumber asam lemak jenuhnya, yang bila terkena suhu pemanasan tinggi akan teroksidasi dan berubah menjadi asam lemak trans yang berpengaruh pada peningkatan kadar kolesterol darah, kata Dika kepada Ayobandung. com, Kamis, 22 April 2021.
Selain itu, cara menggoreng dan berapa kali minyak goreng digunakan menentukan bagaimana makanan yang digoreng memengaruhi tubuh. Dika menjelaskan, teknik deep frying (merendam bahan makanan dalam minyak goreng pada suhu tinggi 163-196 ° C) dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng.
Selain itu, vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak atau kandungan yang terdapat pada bahan lain juga akan mengalami kerusakan. Oleh karena itu, penggunaan minyak goreng secara berulang harus dihindari sebisa mungkin untuk meminimalkan perubahan struktur kimia minyak goreng.
Sementara itu, selain meningkatkan kolesterol darah, mengonsumsi gorengan secara berlebihan bisa memicu gaya hidup aterosklerotik. Gaya hidup ini berupa perubahan pola makan dengan asupan lemak yang tinggi seperti asam lemak jenuh dan kolesterol.
“Kalau seperti itu (gaya hidup aterosklerotik) bisa memicu aterosklerosis, yaitu penumpukan plak yang berakibat penyempitan pembuluh darah dan beresiko penyakit jantung koroner, dislipidemia. Selain itu, penyakit degeneratif seperti obesitas bisa menjadi penyebab lain. imbasnya, ”pungkas Dika.Maswanajih)