Saat Ini Mutasi Virus Corona Belum Mengganggu Efektivitas Vaksin

ilustrasi vaksinasi Covid-19. (Ayobandung.com/Kavin Faza)


JAKARTA, AYOPURWAKARTA.COM – Dunia dikejutkan dengan munculnya mutasi baru virus SARS-Cov-2 yang berasal dari Inggris. Mutasi tersebut menyebabkan virus menyebar lebih cepat.

Di saat yang bersamaan, berbagai negara di dunia juga tengah berupaya mengembangkan vaksin Covid-19. Virus ini dikhawatirkan terus bermutasi sehingga vaksin yang ada saat ini tidak lagi efektif.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, angkat bicara soal ini. Dia mengatakan sejauh ini mutasi virus tidak mengganggu efektivitas vaksin yang tersedia dan sedang dikembangkan.

Amin menjelaskan, mutasi tersebut terjadi pada protein S virus, tetapi tidak pada receptor binding domain (RBD) yang langsung menempel pada sel manusia. Mutasi yang terjadi dikatakan belum mengubah struktur antigen virus.

“Selama ini mutasi terjadi pada protein S, tapi tidak pada RBD di ujung yang langsung menempel pada sel manusia. Sekarang ada mutasi pada RBD tapi belum mengubah struktur antigen,” kata Amin dalam diskusi online dengan National. Badan Penanggulangan Bencana (BNPB). ), Jumat (24/12/2020).

“Sejauh ini belum mengganggu kinerja vaksin,” lanjutnya.

Dia mengatakan mutasi terjadi secara alami untuk membuat virus lebih cocok dengan lingkungan tempat ia berkembang. Jika mutasi membuat virus lebih cocok hidup di suatu daerah, virus akan terus bertahan. Jika tidak, virus akan dimusnahkan.

“Jadi mutasi adalah upaya virus untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Jika mutasi terus terjadi, itu artinya virus makin fit, lebih tepat. Itu tidak selalu berarti virus semakin ganas,” terangnya. .

Hingga saat ini, varian baru virus SARS-Cov-2 yang berkembang di Inggris diketahui hanya menyebabkan laju penularan Covid-19 semakin cepat. Namun, belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa mutasi virus ini membuatnya lebih mematikan dari sebelumnya.

“Varian baru ini diketahui bisa meningkatkan penularan, tapi belum ada bukti klinis yang membuat kondisi (penderita Covid-19) semakin parah, lebih sulit diobati atau menyebabkan kematian lebih cepat. Belum ada bukti,” katanya.

Source