VIVA – Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dilanda cuaca ekstrem saat berpatroli di hutan dekat perbatasan Republik Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste.
Dalam siaran tertulis Kodam IX / Udayana yang dilansir VIVA Militer, Senin 21 Desember 2020, terdapat delapan prajurit TNI yang dilanda cuaca ekstrem, yakni Satgas Keamanan Perbatasan alias Satgas Pamtas RI-RDTL. dari Special Raider Infantry Battalion 744 / Satya Yudha Bhakti (Infantry Battalion RK 744 / SYB).
Menurut Komandan Satgas Batalyon Infantri RK 744 / SYB, Letkol Alfat Denny Andrian, kejadian tersebut terjadi saat prajurit TNI melakukan patroli pemeriksaan patroli perbatasan kedua negara di sekitar Desa Lookeu, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
Cuaca ekstrem tak henti-hentinya melanda, mulai dari hujan deras disertai angin kencang hingga kabut tebal yang menghalangi jarak pandang prajurit TNI. Belum lagi mereka harus menyeberangi sungai besar yang airnya sangat deras.
Ada 8 prajurit TNI yang terlibat dalam patroli tersebut, mereka berasal dari Pos Lookeu bersama Komandan Pos Sersan Athop Wichaksono.
“Jangan pernah mundur dengan cuaca ekstrim disertai hujan lebat dan kabut yang menghalangi pandangan. Namun, Satgas Pengamanan Posko Pengamanan RI-RDTL berhati-hati dan tetap mengutamakan faktor keamanan,” kata Letkol Alfat TNI.

Sementara itu, menurut Serka TNI Athop, meski dilanda cuaca ekstrem, ia dan 7 prajurit TNI lainnya berhasil menyelesaikan tugas patroli perbatasannya, dan semuanya dalam kondisi baik.
Meski begitu, menurut dia, ada beberapa penanda batas antara kedua negara yang mengalami kerusakan akibat cuaca ekstrem.
“Setelah Patok Patroli dilakukan secara menyeluruh, kami bersyukur semua taruhannya dalam keadaan aman dan lengkap, namun ada beberapa patok yang sudah mulai mengalami kerusakan, padahal sudah kami catat dan akan segera ditindaklanjuti oleh pimpinan tertinggi. , ”kata Serkat TNI Athop.
Patroli ini memang sangat penting bagi prajurit TNI untuk mengecek secara langsung kondisi penanda batas kedua negara, seperti PBN (Pilar Perbatasan Negara), BSP (Pos Rambu Perbatasan) dan CBDRF (Common Border Datum Reference Frame).
Apabila ditemukan patroli rusak atau dipindahkan dari lokasi semula, disitulah tugas TNI mencatat dan melaporkan kondisi tersebut sesuai dengan prosedur satgas yang berlaku.
Baca: TNI temukan warga selama bertahun-tahun beribadah di bawah pohon di hutan Papua