Peringati Hari Kartini, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Sebut Angka Kematian Ibu dan Bayi Harus Diturunkan

Dari kisah RA Kartini, Hasto Wardoyo menambahkan, angka kematian ibu di Indonesia harus diturunkan. Saat ini angka kematian ibu masih 305 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sekitar 24 per 1.000.

“Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur derajat kesehatan suatu bangsa. Jadi sudah selayaknya kita melanjutkan perjuangan Raden Ajeng Kartini,” imbuhnya.

“Kemudian kita bisa menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui pendidikan dan pengajaran terkait masalah kesehatan reproduksi serta seksualitas kepada remaja, perempuan dan keluarga.”

Satu hal yang perlu diperhatikan, lanjut Hasto, saat proses kehamilan terjadi mengapa angka kematian ibu dan bayi tinggi? Ini karena anemia, kekurangan zat besi pada masa remaja dan kehamilan. Pada saat ibu hamil masih mengalami anemia, masalah kehamilan ternyata berakibat pada produk kehamilan yang tidak sempurna, salah satunya stunting.

“Kami miris, hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 masih menunjukkan angka stunting atau jumlah bayi lahir berbakat stunting hingga panjang badan tidak sampai 48 cm menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), tapi masih 22,6 persen. Jumlahnya lumayan besar, ”lanjutnya.

“Setelah kita rawat dalam bentuk ASI Eksklusif dan MP-ASI setelah usia 6 bulan ternyata angka 22,6 persen tidak menurun. Tapi masih naik 23,24 persen. Artinya, kita sudah layani. bayi yang lahir dengan ukuran di bawah standar. “

Selanjutnya, setelah bayi berusia 1.000 hari dari kehidupan pertamanya sebagai kesempatan terakhirnya untuk dapat hidup dengan otak yang cerdas, seiring dengan tenggat waktu 1.000 hari kehidupannya, tepatnya usia 24 bulan, ternyata beberapa bayi mengalami stunting.

“Hasil Riset Kesehatan Dasar yang semula lahir adalah 22,6 persen hingga 37 persen. Itu menunjukkan bahwa kita masih gagal memberikan makanan tambahan kepada bayi yang lahir,” pungkas Hasto.

Tingkat stunting pada 2019 telah turun menjadi 27 persen, tetapi para ahli memperkirakan bahwa dengan pandemi COVID-19, ada kemungkinan akan meningkat. “

Source