OPINI: Perkembangan Mutasi Virus Corona COVID-19

Ada banyak pertanyaan tentang bagaimana dampak mutasi virus Corona di Inggris terhadap penularan, tingkat keparahan penyakit, khasiat vaksin, dan lain-lain. Harus diketahui bahwa untuk mengetahui dengan pasti dampak apa yang mungkin ditimbulkannya, harus melalui penelitian terhadap virus hidup di laboratorium yang sangat canggih. Proses ini bisa memakan waktu beberapa minggu, bahkan mungkin beberapa bulan untuk memastikannya.

Dari data awal yang tersedia saat ini, ada tiga hal yang dapat dikatakan. Pertama, memang mungkin ada perubahan dalam penyebaran penyakit, artinya lebih menular. Kedua, sejauh ini tidak ada atau tidak ada bukti tentang efek pada tingkat keparahan penyakit, respons antibodi, dan efektivitas kerja vaksin. Ketiga, terdapat bukti awal bahwa mutasi ini dapat mempengaruhi teknik diagnosis laboratorium tertentu.

Satu perubahan dilaporkan yang mungkin mempengaruhi tes laboratorium yang menargetkan hanya satu gen. Kami tahu bahwa ada tes PCR yang hanya mendeteksi satu target, meskipun kebanyakan jenis tes PCR mendeteksi beberapa gen secara bersamaan. Ini berarti bahwa mutasi pada satu gen di Inggris dapat memengaruhi keakuratan tes PCR yang hanya mendeteksi satu gen (“target gen tunggal“), Namun tidak akan mempengaruhi hasil sebagian besar tes PCR yang beredar di dunia saat ini yang biasanya tidak hanya mengidentifikasi satu gen. WHO masih mengikuti perkembangan data yang ada untuk mengeluarkan rekomendasi alternatif jika diperlukan.

Bisa juga dikatakan disini bahwa tentunya otoritas kesehatan di Inggris secara rutin berkomunikasi dengan WHO, meliputi setidaknya tiga aktivitas yang dilakukan. Pertama, mengenai hasil analisis epidemiologi yang telah dilakukan; kedua, tentang tes laboratoriumnya yang sejauh ini mencakup kelainan gen S (“Putusnya target gen S.”) Dan mutasi 501Y; dan ketiga, tentang temuan studi di rumah sakit dan di rumah tangga / komunitas.

Tentu saja kami juga telah membaca bahwa banyak negara telah menutup penerbangan dari Inggris untuk membatasi kemungkinan penularan, dan pemerintah Inggris juga telah mengambil langkah-langkah yang sangat ketat di dalam negeri. Di sisi lain, kita juga tahu bahwa berdasarkan data per 20 Desember 2020, varian yang sama juga ditemukan di beberapa negara lain, meski jumlahnya sedikit, seperti di Denmark (10), Islandia (1), di Belanda (1) dan di Australia. (1). Laporan lain dari Afrika Selatan juga melibatkan mutasi N501Y dan sedang dalam analisis mendalam juga.

Sejauh ini belum ada laporan dari Indonesia dan negara Asia lainnya, namun tentunya semua negara saat ini sedang meningkatkan kegiatan surveilans genomiknya.

** Penulis adalah Prof. Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Paru FKUI / Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Direktur Jenderal P2P & Kepala Balitbangkes

Source