Operator asimtomatik didesak untuk mengisolasi diri – Sel, 29 Desember 2020

Rumah sakit di seluruh negeri didesak untuk meningkatkan kapasitas tempat tidur mereka untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan kasus COVID-19 setelah liburan akhir tahun.

Sementara itu, bagi mereka yang sedang mengidap virus namun tanpa gejala, juga sangat disarankan untuk melakukan isolasi sendiri sebagai bagian dari upaya agar rumah sakit tidak kehabisan tempat tidur bagi pasien COVID-19 yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Kepala layanan keamanan kesehatan Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi), Daniel Wibowo, mengatakan negara akan mengharapkan lonjakan kasus setelah liburan dan dia mengatakan pembawa asimtomatik COVID-19 harus mengisolasi diri untuk mencegah rumah sakit penuh.

“Tidak semua penderita COVID-19 perlu dirawat di rumah sakit, selama mereka berhasil mengisolasi diri. Kami juga melihat kemungkinan pengiriman pasien COVID-19 yang sudah pulih ke fasilitas isolasi sendiri untuk memberi ruang bagi pasien lain, “kata Daniel pada hari Minggu, kompas.id dilaporkan.

Ia melanjutkan, sebagian besar fasilitas isolasi di rumah sakit di Jakarta sudah mulai kehabisan tempat tidur, oleh karena itu diperlukan pembujuk pembawa untuk melakukan isolasi sendiri.

Untuk menghindari kesalahpahaman atas keterbatasan kapasitas tempat tidur, asosiasi telah bekerja sama dengan rumah sakit untuk mendidik masyarakat tentang situasi tersebut.

Selain itu, Kementerian Kesehatan juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit dengan merekrut lebih banyak perawat dan relawan dokter serta menyediakan obat-obatan dan fasilitas lain yang dibutuhkan untuk upaya pengendalian COVID-19.

Pada hari Jumat, Menteri Kesehatan yang baru diangkat Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah memperkirakan peningkatan 20-40 persen kasus COVID-19 yang dikonfirmasi setelah liburan akhir tahun.

Untuk berjaga-jaga, kementerian akan menambah tempat tidur di RSUD, RS Swasta, dan RS Kementrian. Selain itu, juga akan menambah rumah sakit rujukan COVID-19, merestrukturisasi sistem rujukan dan mendirikan rumah sakit darurat.

Menyikapi kekurangan perawat, Kementerian Kesehatan juga telah berkoordinasi dengan Direktur RSUD Cipto Mangunkusumo Jakarta untuk mengumpulkan tenaga kesehatan dalam rekrutmen ala relawan yang dinilai efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

Hingga Senin, Indonesia melihat total kumulatif lebih dari 700.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, termasuk lebih dari 580.000 pemulihan dan setidaknya 21.000 kematian.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta berencana menambah rumah sakit rujukan COVID-19 di ibu kota.

Kepala Unit Pengendalian dan Pencegahan Penyakit BPJS Kesehatan, Dwi Oktavia, mengatakan rumah sakit yang dipilih sebelumnya harus melakukan beberapa persiapan, seperti merancang sistem zonasi untuk memisahkan pasien COVID-19 dari pasien lain.

“Rumah sakit harus mengatur sistem aliran untuk tenaga medis maupun pasien. Perlu ada fasilitas lain bagi pasien COVID-19 untuk memisahkannya dari yang biasa, ”kata Dwi Oktavia seperti dikutip dari Antara. kompas.com Sabtu ini.

Selain menyiapkan fasilitas baru, rumah sakit terpilih juga harus menyediakan tenaga kesehatan yang khusus menangani pasien COVID-19.

Dwi menegaskan, tenaga medis yang ditunjuk untuk menangani pasien tertular tidak diperbolehkan merawat pasien lain.

Hingga saat ini, terdapat 98 rumah sakit rujukan COVID-19 di Jakarta, 90 di antaranya ditunjuk oleh gubernur melalui SK Gubernur, delapan di antaranya dipilih oleh Kementerian Kesehatan. (nkn)

Periode premi Anda akan kedaluwarsa dalam 0 hari

tutup x

Berlangganan untuk mendapatkan akses tak terbatas Dapatkan diskon 50% sekarang

Source