Miliaran masker dibuang selama pandemi virus korona – di mana akhirnya?

Sedikitnya tiga kali seminggu, Herman Felani dan lima relawan lainnya mengumpulkan limbah medis dari Sungai Cisadane Indonesia di Jawa Barat.

Ia mengatakan, limbah medis termasuk masker, jalur infus bekas dan paket obat semakin banyak ditemukan jalan mereka ke perairan sejak pandemi dimulai.

“Kami telah memberi tahu pihak berwenang dan polisi tentang masalah ini, tetapi kami masih belum menemukan sumber limbahnya,” katanya kepada ABC.

Upaya sukarela Felani melawan tugas berat membersihkan saluran air – masalah yang diperburuk oleh pandemi – menyoroti tantangan yang dihadapi oleh warga dan pemerintah di seluruh Asia.

“Secara global, lonjakan volume sampah telah mengancam infrastruktur pengelolaan sampah yang ada dan terbukti tidak mampu mengatasi lonjakan mendadak ini,” tulis beberapa sarjana di Journal of Environmental Chemical Engineering pada November lalu.

Sampah medis yang dikumpulkan dari sungai Cisadane terlihat di dalam kotak kardus
Relawan mengumpulkan limbah medis dari Sungai Cisadane di Indonesia.(Reuters: Willy Kurniawan)

Menurut studi terpisah yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science and Technology awal tahun ini, diperkirakan 129 miliar masker wajah dan 65 miliar sarung tangan telah digunakan di seluruh dunia setiap bulan.

Di Indonesia, lebih dari 1.000 ton limbah ekstra berbahaya – kira-kira seberat 200 gajah – diproduksi setiap hari, kata Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia seperti dikutip oleh media lokal.

Sementara itu, di provinsi Hubei China, limbah berbahaya diperkirakan meningkat 600 persen selama pandemi.

Air minum orang Indonesia terkontaminasi limbah medis

Untuk melindungi dirinya, Felani dan relawan lainnya memastikan mereka mengenakan perlengkapan pelindung lengkap yang terdiri dari lengan panjang, sepatu bot, dan ponco plastik, bahkan saat bekerja di bawah terik matahari.

Sampah medis yang mereka kumpulkan kemudian dibakar di insinerator.

Seorang pria hampir mengubur dirinya sendiri sambil memilah-milah tumpukan sampah.
Pembuangan sampah secara terbuka, termasuk limbah medis, masih menjadi hal yang biasa di Indonesia.(Dipasok)

Mr Felani mengatakan mereka telah mengumpulkan setidaknya 20 kilogram limbah medis sejak September, dan mengatakan dia sangat khawatir dengan penduduk yang tinggal di dekat sungai yang menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari mereka – mencuci dan bahkan minum.

“Semua air mentah [for the state-owned drinking water plant] Berasal dari Sungai Cisadane, kemudian diolah dan disalurkan ke masyarakat di Tangerang, “ujarnya merujuk pada kota satelit Ibu Kota Indonesia, Jakarta.

Seorang wanita memandikan putranya yang masih kecil sambil mencuci pakaian di Sungai Cisadane
Penduduk Tangerang memanfaatkan Sungai Cisadane untuk kebutuhan air sehari-hari.(Reuters: Willy Kurniawan)

Tangerang adalah rumah bagi sekitar 2 juta orang.

Menurut Andono Warih, Kepala Badan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, sampah masker sekali pakai di kota itu telah mencapai 860 kilogram sejak awal wabah virus corona di Indonesia.

Tapi ini sepertinya meremehkan.

Bank Pembangunan Asia memperkirakan 212 metrik ton limbah medis tambahan telah diproduksi di Jakarta setiap hari sejak wabah dimulai.

Pakar keberlanjutan Universitas Deakin Mayuri Wijayasundara
Dr Wijayasundara mengatakan Australia mengelola limbah medis dengan baik.(Dipasok)

“Tampaknya mereka memiliki jalur medis [of waste] bercampur dengan air sungai, karena pada awalnya beberapa rumah sakit tidak memiliki akses fasilitas pembakaran atau metode yang tepat untuk membuang limbah, ”kata Dr Mayuri Wijayasundara, pakar keberlanjutan di Deakin University.

Ketakutan di kalangan pekerja pengelola sampah di Indonesia

Meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan “tidak ada bukti yang menunjukkan penularan COVID-19 dapat terjadi dari limbah medis ke pengelola limbah”, masih ada ketakutan di antara mereka yang mengumpulkan sampah di Indonesia.

Sanen Ferlani bekerja di depo sampah milik negara di Jakarta Timur.

Ia bekerja delapan jam sehari, enam hari seminggu, menyingkirkan masker bekas dari sampah rumah tangga agar tidak berakhir di TPA.

Setelah dikumpulkan, masker bekas kemudian didesinfeksi sebelum dikirim ke pihak ketiga.

Source