JAKARTA / SEOUL (Reuters) – Korea Selatan dan Indonesia pada Jumat menandatangani perjanjian kemitraan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dan perdagangan antara kedua negara, di berbagai bidang mulai dari mobil hingga pakaian jadi, kata para pejabat.
Korea Selatan adalah salah satu dari sepuluh mitra dagang dan investor utama Indonesia, tetapi hubungan ekonomi masih belum mencerminkan potensi sebenarnya, kata Menteri Perdagangan Indonesia Agus Suparmanto pada upacara penandatanganan yang disiarkan secara online dari Seoul.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Korea Selatan akan menghapus lebih dari 95% jalur tarifnya dan Indonesia menghapus lebih dari 92% serta memberikan tarif preferensial untuk mendukung investasi Korea, kata kementerian perdagangan Indonesia dalam sebuah pernyataan.
Perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) tidak hanya akan berdampak pada industri seperti mobil tetapi juga teknologi, kata Menteri Perindustrian Korea Selatan Sung Yoon-mo.
“CEPA ini juga akan memfasilitasi pertukaran profesional di berbagai bidang seperti sains, teknologi, perangkat lunak, dan robotika, mempromosikan kerja sama dalam industri teknologi tinggi,” kata Sung.
Pada 2019, perdagangan antara kedua negara bernilai $ 15,65 miliar dan antara 2015-2019 perusahaan Korea Selatan menginvestasikan hampir $ 7 miliar di Indonesia, data Kementerian Perdagangan Indonesia menunjukkan.
Indonesia bermaksud untuk mulai melaksanakan kesepakatan itu tahun depan, kata Menteri Agus.
Indonesia telah mencoba untuk mendorong investor asing termasuk perusahaan Korea Selatan untuk berinvestasi di pabrik dan komponen kendaraan listrik untuk memanfaatkan cadangan bijih nikel yang kaya di negara itu, yang digunakan untuk membuat baterai.
Hyundai Motor Group Korea Selatan dan LG Chem Ltd termasuk di antara perusahaan Korea Selatan yang dilaporkan mempertimbangkan investasi dalam pembuatan sel baterai di Indonesia.
(Pelaporan oleh Fransiska Nangoy di Jakarta dan Heekyong Yang di Seoul; Editing oleh Ed Davies)