Kisah “Elon Musk Uganda”, seorang anak berusia 7 tahun yang bisa menerbangkan pesawat

KAMPALA, KOMPAS.com – Nama “Kapten” Graham Shema mewarnai pemberitaan media massa dan media sosial di Uganda. Duta besar Jerman dan menteri transportasi negara itu juga mengundangnya untuk bertemu.

Shema adalah anak berusia 7 tahun yang menyukai matematika dan sains. Siswa sekolah dasar itu juga sudah tiga kali mengikuti pelatihan penerbangan dengan menggunakan pesawat Cessna 172.

Shema bercita-cita menjadi pilot dan astronot, dan bermimpi suatu hari bisa bepergian ke Mars. “Idola saya adalah Elon Musk,” kata anak laki-laki itu.

Baca juga: Kisah Elon Musk yang Pernah Berencana Menjual Tesla ke Apple

“Saya suka Elon Musk karena saya ingin belajar darinya tentang luar angkasa, pergi bersamanya ke luar angkasa dan ingin berjabat tangan.”

Suatu hari di Bandara Internasional Entebbe Uganda, seorang instruktur penerbangan meminta Shema untuk menjelaskan cara kerja mesin pesawat Bombardier CRJ9000, yang diparkir di landasan pacu.

Kapten Graham Shema mendengarkan penjelasan instruktur penerbangan Simon Wadagu Bruno, tentang fungsi beberapa bagian pesawat Bombardier CRJ900 di Bandara Internasional Entebbe, Uganda.REUTERS / ELIAS BIRYABAREMA via DW INDONESIA Kapten Graham Shema mendengarkan penjelasan instruktur penerbangan Simon Wadagu Bruno, tentang fungsi beberapa bagian pesawat Bombardier CRJ900 di Bandara Internasional Entebbe, Uganda.

Dengan suaranya yang tidak sekeras raungan pesawat yang sedang berjalan, Shema menjawab: “Saluran mesin menghisap udara dan menyalurkannya ke kompresor, kompresor memeras udara dengan kipas angin, setelah meremasnya dengan kipas, mesin menjadi panas, “kata Shema, dengan bercanda memberi isyarat dan melanjutkan dengan detail proses pembuatan mesin dorong.

Baca juga: Menanggapi tawaran Jokowi, Elon Musk mengirim tim ke Indonesia pada Januari 2021

Shema mengalami kejadian aneh

Ketika Shema berusia 3 tahun dan sedang bermain di luar rumah, helikopter polisi terbang sangat rendah sehingga menghancurkan atap rumah neneknya di pinggiran ibukota Uganda.

“Kejadian itu memicu sesuatu di benaknya,” kata ibu Shema, Shamim Mwanaisha. Sejak itu, Shema terus bertanya-tanya tentang bagaimana pesawat bekerja, katanya.

Tahun lalu, sang ibu menghubungi akademi penerbangan setempat ketika Shema mulai belajar tentang suku cadang pesawat dan kosakata penerbangan.

Setelah lima bulan kursus, Mwanaisha membiayai latihan terbang putranya.

Baca juga: Jokowi Ajak Elon Musk Berinvestasi Kendaraan Listrik di Indonesia

Kapten Graham Shema dengan instruktur penerbangan Simon Wadagu Bruno berjalan di atas Bombardier CRJ900REUTERS / ELIAS BIRYABAREMA via DW INDONESIA Kapten Graham Shema dengan instruktur penerbangan Simon Wadagu Bruno berjalan di atas Bombardier CRJ900

“Saya merasa seperti burung yang terbang,” kata Shema mengenang pengalaman penerbangan pertamanya. Dia belum pernah terbang dengan pesawat terbang sebelumnya.

Shema telah terbang tiga kali lipat co-pilot pada bulan Januari dan Maret sebelum pandemi menghentikan semua aktivitas.

Sejak itu, Shema fokus pada teori dan memperdalam pengetahuannya tentang penerbangan melalui video. Ia juga suka menggali wawasan terkait eksplorasi ruang angkasa.

Baca juga: Kepada Elon Musk, Jokowi Tawarkan Indonesia Sebagai Tempat Peluncuran Roket SpaceX

Source