JAKARTA, KOMPAS.com – Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menilai Indonesia terlambat membentuk dana kekayaan kedaulatan (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) jika dibandingkan dengan negara lain.
Hal tersebut diungkapkan Arya saat menjadi pembicara dalam webinar, Senin (28/12/2020).
“Kalau kita lihat SWF, ini bukan sesuatu yang baru di dunia. Bahkan kita telat dibandingkan dengan yang lain. Norwegia sudah, China sudah, UEA sudah, Kuwait, Hongkong, Singapura, dan Arab Saudi adalah negara yang sudah membuat SWF sejak awal, ”kata Arya.
Arya berharap dengan terbentuknya SWF dapat membantu pemerintah dalam mencari dana untuk melaksanakan pembangunan di tanah air. Sebab, selama ini pembangunan yang dilakukan pemerintah mengandalkan dana dari APBN atau dari BUMN.
Baca juga: Airlangga Sebut Ada Dua Negara Siap Kucurkan USD 6 Miliar di SWF, Di Mana Saja?
“Kami membutuhkan dana lebih banyak lagi dan kami juga tahu bahwa BUMN yang ada sudah memiliki aset yang sangat besar, tetapi mereka belum maksimal untuk mengumpulkan uang.
Jadi ini langkah yang diambil pemerintah, bagaimana kita bisa menambah pembangunan dengan dana investasi dari luar atau dari dalam. Tapi kami utamakan mencarinya dari luar, ”ujarnya.
Juru Bicara Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan hingga saat ini masih banyak negara yang berminat berinvestasi di Indonesia.
Hal ini terlihat dari respon pasar yang baik terhadap saham-saham BUMN.
“Satu hal, respon pasar sangat bagus. Hal itu terlihat dari saham BUMN yang naik akibat terbitan SWF. Jadi maknanya pasar Memang melihat ini menjadi peluang bagi BUMN karya untuk bisa berkembang kembali. Indonesia masih butuh perbaikan jalan tol, kita masih butuh pengembangan bandara, pengembangan pariwisata, ”ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan banyak negara di dunia yang mulai menunjukkan ketertarikannya dana kekayaan kedaulatan (SWF) yang disebut Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA).
Menurutnya, beberapa negara yang sudah menyatakan minatnya antara lain Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Emirat Arab. Selain itu, Arab Saudi dan Kanada.
“Saat ini sudah ada beberapa negara yang sudah menyatakan minatnya (pada SWF), antara lain Amerika Serikat, Jepang, Uni Emirat Arab, Saudim dan Kanada,” kata Jokowi pada acara Indonesian Economic Outlook yang digelar secara virtual, Selasa (22/12). / 2020).
Jokowi mengatakan LPI akan diluncurkan pada awal 2021. Harapannya, LPI tersebut dapat menjadi sumber pembiayaan untuk pembangunan baru. Sehingga Indonesia tidak hanya mengandalkan hutang dalam proses pembangunan ekonomi.
“Ini sumber pembiayaan pembangunan baru, bukan hanya pinjaman tetapi dalam bentuk penyertaan modal atau penyertaan modal yang akan menyehatkan perekonomian kita, BUMN kita, khususnya di bidang infrastruktur dan energi,” jelasnya.
Baca juga: Jokowi: Amerika Serikat dan Kanada Tertarik Investasi di SWF Indonesia