JAKARTA, KOMPAS.com – Industri hulu migas menjadi salah satu sektor yang terkena dampak terparah dari pandemi Covid-19.
Hal tersebut tercermin dari penurunan harga minyak mentah dunia.
Pada Januari tahun ini, harga patokan minyak mentah global, Brent, berada di kisaran US $ 63,65 per barel.
Baca juga: Harga Minyak Mulai Menguat, DPR Dorong Pemerintah Tingkatkan Lift
Sedangkan patokan harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran US $ 60 per barel.
Munculnya pandemi Covid-19 langsung membawa sentimen negatif terhadap pergerakan harga minyak mentah dunia.
Penurunan harga komoditas mulai terlihat di bulan Februari.
Harga komoditas bahan bakar ini semakin terpuruk pasca kebijakan pengetatan yang dilakukan pemerintah di berbagai negara pada kuartal pertama dan kedua tahun 2020.
Kebijakan tersebut mengakibatkan melemahnya permintaan minyak mentah dari berbagai negara di dunia, sehingga harga komoditas mutiara hitam terus merosot.
Baca juga: Rusia Berharap Joe Biden Tak Ganggu Pasar Minyak Dunia
Puncaknya, harga minyak mentah WTI berada di level negatif atau di bawah 0 dolar AS per barel pada April 2020.
Harga minyak jenis WTI untuk pengiriman Mei 2020 pada perdagangan 20 April 2020 ditutup pada level minus 37,63 dolar AS per barel, turun 300 persen dari sesi perdagangan sebelumnya yang berada di level 17,85 dolar AS.
Penurunan harga minyak mentah ke level negatif tersebut merupakan yang pertama kali dalam sejarah.
Selain itu, harga minyak bumi berada pada level negatif sehingga seolah-olah produsen terpaksa membayar pembeli jika mengambil kelebihan pasokan minyak yang tidak dapat lagi tertampung.
Mengapa harga minyak minus?
Singkatnya, setelah permintaan bahan bakar dunia anjlok akibat pandemi dan kebijakan korona kuncitara yang diberlakukan di berbagai negara.
Akibatnya pasar mengalami kelebihan pasokan, sehingga semua reservoir minyak terisi penuh.
Baca juga: Varian Baru Covid-19 Bikin Harga Minyak Turun
Setelah itu, para pelaku pasar berebut menjual kelebihan pasokan minyak, sehingga harga di pasar berjangka kontrak Mei di bawah nol.
Pergerakan harga minyak mentah WTI
Jika dijelaskan lebih detail, harga minyak mentah per barel bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti penawaran, permintaan, dan kualitas.
Pasokan bahan bakar telah jauh di atas permintaan sejak virus korona memaksa miliaran orang berhenti bepergian.
Karena kelebihan pasokan, tangki penyimpanan untuk oli jenis WTI menjadi sangat penuh sehingga sulit untuk menemukan ruang kosong.
Administrasi Informasi Energi AS mengatakan bahwa pada minggu pertama April 2020, kapasitas penyimpanan di Cushing, Oklahoma, jantung dari pipa saluran AS, digunakan sebesar 72 persen dari total kapasitas pada 10 April 2020.
Jadi, ketika harga minyak mentah minus satu dolar AS, konsumen dibayar satu dolar AS jika ingin membeli minyak dari lokasi itu.
Baca juga: Target Produksi Minyak 1 Juta Barel, Menteri ESDM Tegaskan Pentingnya Transformasi Hulu Migas
Selain itu, penurunan harga sebagian disebabkan oleh cara perdagangan minyak. Kontrak berjangka untuk 1.000 barel minyak mentah, dikirim ke Cushing, di mana perusahaan energi tersebut memiliki tangki penyimpanan dengan kapasitas sekitar 76 juta barel.
Setiap kontrak diperdagangkan selama sebulan, dengan kontrak Mei berakhir pada 21 April 2020.
Investor yang memegang kontrak May tidak ingin melakukan pengiriman minyak dan membayar biaya penyimpanan, dan akhirnya harus membayar orang untuk mengeluarkan minyak dari tangan mereka.
Upaya OPEC untuk meningkatkan harga minyak
Melihat tren penurunan harga tersebut, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC + langsung bergerak cepat dengan mengambil langkah-langkah untuk membahas pemangkasan produksi minyak.
Baca juga: OPEC dan Rusia Sepakat Tingkatkan Produksi Minyak Mulai Januari 2021
Diskusi yang dimulai pada Maret berlangsung alot, ketika negara-negara produsen tidak setuju untuk memangkas produksi minyak mentah.
Namun, pada April, OPEC + akhirnya menemukan kesepakatan untuk memangkas produksi minyak sebesar 9,7 juta barel per hari. Tak butuh waktu lama, pada 1 Mei, kebijakan tersebut langsung diberlakukan.
Sejak kebijakan ini diterapkan, harga minyak terus melonjak.
Tren kenaikan harga juga terjadi karena negara-negara di dunia mulai melonggarkan kebijakan pengetatannya sejak awal triwulan III tahun ini.