Jangan dilarang, ini manfaat anak-anak bermain bebas Ma

Anak-anak berhak bermain. Selain itu, bermain juga menjadi kebutuhan anak-anak. Hal ini karena bermain dapat membuat anak merasa senang, leluasa mengeksplorasi berbagai hal, serta merangsang tumbuh kembangnya.

Namun, bermain yang efektif agar bisa menguntungkan anak itu punya aturannya, lho. Mulai dari pemilihan jenis mainan anak, waktu bermain, hingga pendampingan bermain, Ma.

Mengingat pentingnya bermain untuk si kecil, inilah dia Popmama.com menjelaskan hal-hal penting yang harus diperhatikan orang tua tentang bermain. Dikutip dari keterangan ahli, DR. Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A (K), Ahli Perkembangan dan Perkembangan – Pediatri Sosial.

Inilah manfaat bermain untuk anak yang perlu dipahami orang tua.

1. Bermain membawa banyak manfaat

1. Bermain membawa banyak manfaat

Pexels / Magda Elhers

Mama dan Papa mungkin mengira kegiatan bermain yang dilakukan si kecil itu sepele. Namun, ternyata bermain memiliki manfaat yang luar biasa lho.

Menurut dr Trisna dalam siaran langsungnya di akun youTube Official Primaku Channel, “Bermain dapat menciptakan perasaan gembira, menuntun anak-anak ke berbagai pengalaman, dan merangsang tumbuh kembang mereka.”

Hal ini terlihat dari aktivitas bermain, dimana anak pasti akan bergerak secara fisik. Dengan demikian, bagian fisik, seperti tulang dan otot, tumbuh.

Selain itu perkembangan mental, emosional, dan sosial. Anak akan belajar mengendalikan diri dan emosinya saat bermain bersama. Anak juga belajar berinteraksi, bergaul dengan orang lain, dan belajar mengikuti aturan melalui permainan, jelas Dr. Trisna .

Dengan bermain, orang tua juga dapat melihat kelebihan atau kekurangan anak, serta minatnya karena bermain dapat mengembangkan berbagai keterampilan.

Tak hanya itu, bermain bermanfaat untuk mencegah energi ekstra pada anak yang bisa memicu obesitas. Jadi, jangan cegah anak-anak bermain, Bu. Arahkan anak pada aktivitas fisik dan dukung mereka untuk terus tumbuh dan berkembang melalui permainan.

Pilihan Editor

2. Merangsang perkembangan dan kecerdasan anak

2. Perkembangan kecerdasan anak terstimulasi

Pexels / Cottonbro

Banyaknya manfaat yang didapat saat bermain, memacu proses tumbuh kembang anak ya Ma. Mulai dari aspek perkembangan hingga aspek kecerdasan.

Menurut dr Trisna, beberapa aspek perkembangan yang dirangsang saat anak bermain, yaitu:

  • Indra, anak mampu menggunakan indra di tubuhnya dengan baik,
  • Motorik, anak sudah bisa bergerak, seperti melompat, berjalan, atau berlari,
  • Kognitif, otak anak diasah dengan baik, dalam hal mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.
  • Moral-spiritual, anak mampu berperilaku sesuai norma dan kepercayaan,
  • Sosial-emosional, anak mampu mengontrol emosinya saat berinteraksi, dan
  • Self help, anak memiliki ketrampilan dalam membantu dirinya sendiri.

Selain itu aspek kecerdasan anak juga akan diasah melalui kegiatan bermain yang dilakukan si kecil. Kecerdasan ganda atau apa yang disebut Kecerdasan Ganda Ini dibagi menjadi beberapa aspek:

  • Logika matematika, kecerdasan dalam mengolah bilangan, matematika, dan logika. Misalnya dengan menghitung sambil bermain petak umpet.
  • Linguistik, kecerdasan atau keunggulan dalam bahasa. Misalnya melalui permainan tebak-tebakan, menebak nama suatu benda, atau menebak nama binatang.
  • Interpersonal, kecerdasan dalam memahami atau peka terhadap orang-orang disekitarnya. Misalnya melalui role playing.
  • Intrapersonal, kecerdasan dalam memahami dirinya sendiri. Mengetahui kekuatan, kelemahan, dan kemampuan yang mereka miliki. Misalnya, mengajak anak bermain puzzle atau menyusun lego sendiri.
  • Visual spasial, kecerdasan dalam seni, seperti gambar atau desain. Misalnya merakit game atau menggambar dan mewarnai.
  • Kinestetik, kecerdasan dalam koordinasi gerakan anggota tubuh atau olahraga. Misalnya bermain sepeda, sepak bola, dan lompat tali.
  • Musikal, kecerdasan dalam mengenali atau menciptakan nada dan ritme. Misalnya memberikan alat musik mainan kesayangannya.
  • Naturalis, kecerdasan di bidang flora, fauna, atau alam. Misalnya dengan mengajak anak berkebun bersama.

3. Jenis permainan untuk anak-anak

3. Jenis permainan untuk anak-anak

Pexels / Kaboompicscom

Menurut Dr. Trisna, ada beberapa jenis permainan yang bisa Mama dan Papa arahkan untuk dilakukan anak, sebagai berikut:

Dalam permainan ini, anak dituntut untuk aktif. Permainan yang termasuk dalam permainan aktif yaitu bermain sepak bola, bermain peran, dan bermain lompat tali.

Dalam permainan pasif, anak diarahkan untuk duduk diam mendengarkan atau memperhatikan sesuatu. Misalnya mengajak anak untuk melihat gambar, mendengarkan cerita atau dongeng, atau mendengarkan musik.

Ketika anak-anak diarahkan untuk bermain secara terstruktur, mereka diajari untuk memahami dan mengikuti aturan, instruksi, dan bimbingan. Permainan yang termasuk dalam jenis permainan terstruktur yaitu sepak bola, bermain kartu, bermain petak umpet.

  • Permainan tidak terstruktur

Sesuai dengan namanya, permainan tidak terstruktur berarti tidak ada aturan, instruksi, atau pedoman. Anak-anak diperbolehkan bermain dengan bebas sesuai keinginan. Misalnya bermain menggunakan balok atau lego. Jenis permainan ini dapat mengasah imajinasi dan kreativitas anak.

Meski zaman semakin modern, orang tua tetap bisa memperkenalkan permainan tradisional Indonesia kepada anak-anaknya. Misalnya bermain layang-layang, atasan, atau gobak sodor. Selain ide bermain yang menyenangkan, anak-anak juga akan menghargai dan melindungi budaya Indonesia melalui permainan tradisional ini.

4. Hal-hal yang harus diperhatikan saat anak bermain

4. Hal yang harus diperhatikan saat anak bermain

Pexels / Pixabay

Mama dan Papa bisa memilih permainan apa saja untuk diberikan kepada anak-anak. Dengan catatan, perhatikan hal-hal berikut:

  • Pilih jenis mainan yang aman, baik dari segi bahan, ukuran dan bentuknya.
  • Pilih mainan yang sesuai dengan kategori usia anak,
  • Mainan dengan desain atau bentuk yang jelas dan menarik,
  • Mainan yang mudah dirawat dan terjangkau, dan
  • Mainan yang memiliki fungsi merangsang aspek perkembangan.

Hindari memberi mainan yang banyak sekaligus, berikan yang cukup agar si anak bisa berkreasi. Riset sebelum membeli mainan untuk anak, pilih yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak agar aspek fisik, bahasa, kognitif, sosial dan kemandiriannya terasah.

Menurut Dr. Trisna, hal lain yang perlu diperhatikan dalam kegiatan bermain anak yaitu “Orang tua perlu memberikan tenaga ekstra untuk mengajak dan mendampingi anak bermain. Kemudian, sediakan waktu, alat, ruang, dan pengetahuan yang cukup tentang cara bermain. . Penting juga untuk memiliki teman bermain, teman sebaya atau anak-anak Mama dan Papa. “

5. Bermain menggunakan gadget, ini harus diperhatikan

5. Bermain menggunakan gadget, ini harus diperhatikan

Pexels / Tatiana Syrikova

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini cukup banyak anak yang menggunakannya dawai bermain. Apalagi dalam situasi pandemi yang memungkinkan anak-anak memiliki banyak waktu untuk menggunakan teknologi.

“Dimainkan dawai itu tidak dilarang pada anak-anak. Asalkan tidak terlalu banyak dan selalu ada pengawasan dari orang tua. Selain itu, imbangi dengan aktivitas fisik dan waktu istirahat yang cukup, ”jelas dr Trisna.

Ia menambahkan, ada beberapa tips bagi orang tua dalam mendampingi anak bermain dawai atau waktu layar:

  • Memberikan konten yang berkualitas, hindari terkena hal-hal negatif, seperti kekerasan,
  • Matikan semua perangkat media layar saat tidak digunakan,
  • Jangan gunakan media layar untuk menenangkan perilaku anak,
  • Hindari penggunaan media layar di ruang makan dan kamar tidur,
  • Ciptakan berbagai aktivitas alternatif untuk dibatasi waktu layar,
  • Mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik bersama, dan
  • Buat kesepakatan tentang aturan penggunaan dawai.

Selain itu, penting juga bagi Mama dan Papa untuk menjadi teladan yang baik bagi anak-anak. Jadi, jangan hanya melarang anak-anak menggunakan dawai secara berlebihan, tetapi juga menjalankan aturan yang telah dibuat. Hal ini dikarenakan anak cenderung mengikuti perilaku orang tuanya.

Baca juga:

Source