
COVID-19 di Indonesia
Ahli epidemiologi Universitas Airlangga Dr. Windhu Purnomo menjelaskan keterkaitan cuaca, dalam hal ini musim hujan, dan penularan virus Corona. Seperti apa?
-
Tim WowKeren
- 23 Desember 2020
Wow Keren – Musim hujan mulai terjadi di beberapa negara tropis, termasuk Indonesia. Dan seiring dengan masuknya musim hujan ini, banyak yang mulai mengkhawatirkan peningkatan penularan COVID-19 sebagai akibatnya. Tetapi apakah kekhawatiran ini benar?
Ahli epidemiologi dari Universitas Airlangga Surabaya, Dr. Windhu Purnomo menanggapi kecemasan masyarakat ini. Dia menegaskan, kekhawatiran virus Corona semakin mudah menular akibat hujan belum terbukti. Bahkan hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan kaitan antara cuaca dan penyebaran COVID-19.
“Belum ada bukti ya, cuaca mempengaruhi tingginya angka kasus COVID-19,” kata Windhu, Rabu (23/12). “Virus ini sudah setahun tidak ada di Indonesia, jadi kita belum bisa menghubungkan pengaruh cuaca, termasuk musim hujan, dengan penularan COVID-19.”
“Setidaknya kita harus melalui dua musim kemarau dan dua musim hujan untuk mengetahui apakah cuaca berpengaruh terhadap penularan COVID-19,” imbuhnya, seperti dikutip dari pemberitaan. Basra, jaringan Gulungan. Namun, kekhawatiran tersebut yang belum terbukti secara ilmiah seharusnya mencegah masyarakat mengendurkan kewaspadaan terhadap wabah COVID-19.
Masyarakat tetap harus mengikuti protokol kesehatan secara disiplin. Selain itu, terdapat beberapa keterkaitan tidak langsung antara hujan dengan potensi penyebaran COVID-19, termasuk pada saat terjadi banjir.
“Ada keramaian, belum lagi protokol kesehatan yang tidak terlaksana dengan baik saat dievakuasi (akibat banjir),” kata Windhu. “Tentu ini akan memicu penularan COVID-19.”
Kewaspadaan juga harus ditingkatkan karena umur virus sekarang lebih panjang. “Virus ini akan lebih cepat mati jika terkena panas, namun jika kondisi lingkungan terkena virus basah tentunya akan bertahan lebih lama,” ujarnya.
Lagi-lagi, Windhu mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Perilaku seperti ketidakpatuhan memakai masker atau berkerumun tanpa jarak menjadi pemicu tingginya kasus COVID-19.
“Tidak ada lagi pembatasan, keramaian di mana-mana. Belum lagi pemakaian masker yang tidak lagi dilakukan dengan benar. Perilaku seperti ini justru memicu tingginya angka kasus COVID-19,” tutup Windhu.
(wk / elva)