

Hujan meteor Ursid merupakan fenomena yang sudah ada sejak tahun 2017. Ada dua jenis fenomena ini, yaitu hujan meteor Geminid dan Ursid. Tapi hujan ini sangat sulit diamati dari Indonesia.
Ini karena konstelasi Ursa Minor yang memiliki sudut pandang meteor baru naik hampir bersamaan dengan terbitnya matahari pagi. Sehingga meteor yang jatuh akan terhalang sinar matahari.
Untuk hujan Geminid, seluruh masyarakat Indonesia bisa mengamatinya dengan jelas. Bahkan hujan ini adalah yang terbaik setiap tahun. Karena manusia bumi dapat dengan mudah melihatnya jika cuaca bersahabat.
Hujan Meteor Ursid Desember
Fenomena yang sangat unik ini berupa hujan meteor kecil. Hanya terlihat di belahan bumi utara dengan lima hingga sepuluh meteor per jam. Puncak Ursid pada 21 Desember dan dini hari pada 22 Desember.
Saat ini bulan akan mengalami 50 persen bulan purnama. Biasanya pada malam hari sebelum hujan meteor, langit selalu mendung. Hal inilah yang mengaburkan pandangan seseorang untuk melihat meteor kecil.
Hujan ini terbilang lebih indah dari fenomena lainnya. Sudut dingin dan gerak lambat meteor itu terasa lebih hangat. Bahkan jika dipandang mata akan terlihat lebih cantik.
Banyak astronom memperkirakan akan melihat hingga sepuluh bintang jatuh dalam hujan meteor Ursid pada tahun 2020. Bumi akan bergerak di orbit galaksi Bima Sakti.
Ursid memiliki nama lain sebagai Little Dipper. Karena bentuknya yang kecil dan indah saat bergerak jatuh. Akan sangat rugi jika Anda tidak menyaksikan fenomena ini.
Ya, memang sulit bagi wilayah Indonesia untuk bisa menjangkau pemandangan ke arah jatuhnya meteor ini. Tapi meteor ini akan melesat di langit. Setidaknya bisa menyaksikan percikan setelah hujan meteor memercik.
Tak heran karena kabar tentang Ursid sudah menunggunya. Ini juga merupakan fenomena tahunan yang pasti. Dengan begitu, ia akan melihat atraksi langit yang luar biasa saat tahun tutup.
Baca Juga: Hujan Meteor Taurid Selatan Bisa Menghasilkan Bola Api Menakjubkan
Ursid tentang Fenomena Baru
Hujan meteor Ursid adalah fenomena yang relatif baru. Memang banyak sekali hujan meteor yang bisa disaksikan sepanjang tahun. Namun fenomena Ursid ini baru muncul sekitar abad ke-20.
Hujan ini terjadi saat bumi melewati wilayah yang dekat dengan orbit komet 8P atau Tuttle pada tahun 2020. Ini termasuk jejak puing yang juga mengikuti komet tersebut. Sehingga bisa menyebabkan lebih banyak aktivitas saat hujan meteor.
Memang banyak sekali fenomena di bulan Desember. Hujan ini hanyalah salah satu fenomena indah di bulan ini. Masih ada bintang Natal yang akan muncul juga. Padahal penyatuan Jupiter dan Saturnuslah yang menunjukkan keindahannya.
Baca Juga: Fenomena Hujan Meteor Camelopardalid, Lambat dan Berkilauan
Melihat Bintang Jatuh atau Hujan Meteor
Untuk dapat melihat hujan meteor Ursid, Anda harus melihat magnet utara. Bintang ini akan tampak di mata seperti formasi yang membentuk layang-layang tegak. Dalam hal ini, juga termasuk ekor yang panjang.
Biduk terletak di bagian timur dan tampak seperti layang-layang terbalik. Untuk mengidentifikasi dari Ursid, Anda bisa melihat ekornya. Karena ekor Ursid membentuk polaris.
Ursid juga dikenal sebagai bintang utara. Ini adalah salah satu yang paling terang di malam hari. Hampir lurus ke utara.
Pastikan saat Anda akan melihat hujan meteor Ursid di tempat yang memiliki udara segar. Usahakan untuk menjauh dari tempat-tempat yang kaya akan polusi cahaya. Tapi tenang, Desember ini sebagian besar akan mengurangi jumlah polusi udara.
Jangan putus asa melihat hujan ini saat langit masih abu-abu. Karena langit kelabu akan menutupi sebagian besar wilayah. Meski masih ada celah langit yang cerah, namun hasilnya tidak akan maksimal.
Ingatlah bahwa hujan meteor ini tidak diperuntukkan bagi masyarakat Indonesia. Karena sudah pasti tidak terlihat dengan mata telanjang. Namun, hujan meteor ini akan terlihat dari Inggris dan sekitarnya.
Itulah beberapa informasi tentang hujan meteor Ursid. Nantikan fenomena menarik lainnya di bulan Desember seperti penghujung tahun 2020. Pastikan Anda bisa melihat fenomena yang bisa dilihat secara kasat mata di sebagian besar wilayah Indonesia. (R10 / HR Online)
Editor: Jujang