Gojek Caplok 22% Saham Bank Jago, Tokopedia Siap IPO Rp. 14 T

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pekan lalu Jumat (18/12/20), dengan koreksi tipis 0,15% ke level 6.104,32.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan penjualan bersih Rp 561 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi Rp 23,2 triliun.

Senin pagi ini (21/12), IHSG dibuka menguat, dan terus menguat 0,75% menjadi 6.152 pada pukul 09.05 WIB.

Sentimen negatif pasar modal pekan lalu sebenarnya muncul setelah Gubernur Anies mengeluarkan Sergub (Panggilan Gubernur) yang berisi aturan yang harus diikuti setiap warga Jakarta untuk mengendalikan Covid-19.

Pertama, utamakan berada di rumah dan kurangi aktivitas di luar rumah kecuali untuk aktivitas dasar dan mendesak. Sedangkan saat melakukan kegiatan yang mendesak diperlukan protokol kesehatan.

Kemudian pelaku usaha dan perkantoran hanya dapat melakukannya hingga pukul 19.00 WIB dengan kapasitas maksimal 50% dari jumlah orang yang ada di kantor.

Untuk melanjutkan perdagangan awal pekan ini Senin (21/12/2020), ada baiknya menyimak sederet berita emiten yang terjadi kemarin.

1. IPO 2021, Tokopedia dikabarkan incar dana Rp 14 triliun

Raksasa e-commerce Indonesia Tokopedia dikabarkan mengincar US $ 1 miliar atau setara dengan Rp. 14 triliun (asumsi Rp 14.000 / US $) dari penawaran umum perdana (IPO) tahun depan.

Jika target IPO ini tercapai, ini akan menjadi startup Asia Tenggara yang akan menghimpun dana dari pasar modal. Informasi ini dibisikkan oleh dua sumber kepada Reuters, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (18/12/2020).

Salah satu sumber menyebutkan Tokopedia akan melakukan IPO di bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2021. Sumber lain mengungkapkan, IPO ini akan membuat valuasi Tokopedia mencapai US $ 10 miliar atau berstatus decacorn. Meski begitu, pencatatan saham akan mengikuti kondisi pasar tahun depan.

2. Garuda Memperpanjang Jatuh Tempo Hutang Independen hingga Maret 2021

Maskapai penerbangan milik negara PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah sepakat untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian kredit dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi 16 Desember 2020 hingga 31 Maret 2021.

Sebelumnya, perjanjian utang ini berlaku sejak 16 Desember 2019 hingga 15 Desember 2020. Merujuk pada laporan keuangan per September 2020, GIAA memperoleh fasilitas IFG Non Cash Loan-Customized dari Bank Mandiri.

Bunganya 8,5% pertahun dengan dana Rp. 300 milyar yang dapat digunakan oleh Citilink, dengan total sublimit fasilitas Garuda dari Bank Mandiri sebesar Rp. 2,7 triliun.

3. Cuan Q3! Emiten Migas Grup Bakrie Ingin Akuisisi Tambang Baru

Penerbit minyak dan gas (migas) Grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) atau EMP, menargetkan akuisisi aset pertambangan minyak dan gas baru untuk menambah nilai portofolio bagi perusahaan dan pemegang saham.

Syailendra Bakrie, Direktur Utama EMP, mengatakan secara internal perseroan akan terus meningkatkan produksi migas melalui program pengembangan yang ada.

Selain itu, juga menemukan cadangan minyak dan gas baru melalui kegiatan eksplorasi, dan mengurangi biaya yang terkait dengan pelaksanaan efisiensi di seluruh organisasi.

4. Setelah Stock Split, Induk SCTV Ingin Merundingkan Hutang Rp. 986 Miliar

Emtek Group Emtek Group, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), mengumumkan bahwa anak usahanya, PT Elang Andalan Nusantara (EAN) telah menandatangani amandemen surat utang konversi pada 20 Maret 2020 dengan API Investment Limited.

Nilai pokok surat utang konversi tersebut adalah US $ 70 juta atau sekitar Rp 985,60 miliar dengan asumsi nilai tukar Rp 14.080 / US $.

“Amandemen obligasi itu mengatur perpanjangan jatuh tempo surat utang dari 12 bulan menjadi 24 bulan sejak tanggal penerbitan,” kata manajemen Emtek, dikutip Jumat (18/12/2020).

5. Membangun PLTU Tanjung Jati A, BNBR hingga Rp 30 T

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) akan segera memenuhi pembiayaan (financial close) untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati A menjelang akhir tahun ini. Nilai pendanaan berkisar antara US $ 1,9 miliar-US $ 2,2 miliar Rp 26,6 triliun-Rp 30,8 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.000 / US $) yang berasal dari perusahaan eksternal.

Chief Executive Officer Bakrie & Brothers Anindya Novyan Bakrie mengatakan perseroan telah memperoleh surat jaminan kelayakan usaha (SJKU) pada Februari lalu. Saat ini, proses pembiayaan sempat tertunda akibat pandemi Covid-19.

“Pendanaannya US $ 1,9 miliar-US $ 2,2 miliar, dikurangi time table yang agak terlambat, semuanya sesuai jalur baik dari penggalangan dana maupun perkembangan di lapangan. Dan kami bekerja sangat erat dengan PLN, pemerintah, BKPM, Kementerian Koordinator. Untuk urusan Kemaritiman dan investasi, Kemenkeu memastikan semuanya terupdate, “kata Anindya dalam virtual public expose, Kamis (17/12/2020).

6. Terancam Delisting, Emiten Milik Sinarmas Bahkan Rights Issue

Perusahaan tambang batu bara milik grup Sinarmas PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) akan segera melakukan penawaran umum terbatas dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Perseroan telah mendaftarkan rencana aksi korporasi ini ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Manajemen Golden Energy Mines, dalam keterbukaan informasinya, mengatakan saat ini sedang melakukan perbaikan atas komentar OJK dalam mendaftarkan tambahan modal ke HMETD.

“Perseroan telah mendapat tanggapan dari OJK terkait pendaftaran penambahan modal dengan HMETD ini pada tanggal 15 Desember 2020 dan saat ini Perseroan dengan segenap profesi dan lembaga pendukungnya sedang bersiap untuk meningkatkan tanggapan dari OJK,” jelas perseroan, Jumat ( 18/12/2020).

7. Gojek Caplok 22% Saham Bank Jago, Begini Rencananya

Gojek akhirnya mengumumkan investasi PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang merupakan bank berbasis teknologi di Indonesia yang sebelumnya bernama Bank Artos Indonesia.

Aksi korporasi ini merupakan bagian dari rencana investasi jangka panjang dan kemitraan strategis antara Gojek dan Bank Jago untuk mengakselerasi inklusi keuangan di Indonesia yang juga sedang digiatkan oleh pemerintah.

Pengumuman akuisisi ini mengesahkan transaksi jumbo yang terjadi di pasar saham domestik pada Jumat (18/12/2020) ini. Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat 4 transaksi saham jumbo ARTO di pasar negosiasi.

8. Tutup 33 Outlet KFC, FAST rupanya ingin membangun outlet Taco Bell

Perusahaan restoran cepat saji PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) berencana membuka gerai untuk brand barunya, Taco Bell. Namun, pembukaan gerai baru ini masih menunggu potensi pasar yang akan ditinjau sejak gerai dibuka mulai bulan ini.

Berdasarkan materi eksposur perusahaan, Taco Bell merupakan merek baru di Indonesia saat ini. Namun, perseroan telah menyiapkan rencana ekspansi untuk restoran makanan Meksiko miliknya.

“Rencananya gerai Taco Bell akan dibuka pada Desember 2020. Untuk rencana membuka lebih banyak gerai, kami menunggu potensi pertumbuhan Taco Bell karena Taco Bell merupakan merek baru yang beredar di masyarakat di Indonesia. Namun, kami masih punya berencana melakukan ekspansi setelah melihat performa Taco Bell. Gerai Taco Bell pertama, “tulis pihak manajemen, dikutip Jumat (18/12/2020).

9. Mulai tahun 2021, Transaksi di Bursa dikenakan Bea Materai Rp 10.000

Mulai 1 Januari 2021, transaksi efek yang dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dikenakan bea materai Rp 10 ribu per dokumen. Bea meterai diberlakukan dengan tidak terbatas pada nilai nominal yang diterima investor.

Biaya materai ini menjadi tanggung jawab investor sampai dengan Anggota Bursa (AB) diangkat sebagai Obligatory Collector.

Namun, investor ritel saham domestik menolak kebijakan pemerintah tersebut. Penolakan ini tidak hanya disampaikan melalui akun media sosial di Twitter dan Instagram, tetapi juga dalam bentuk petisi. Salah satunya diciptakan oleh seorang investor retail bernama Farissi Frisky.

Petisi itu sendiri ditujukan kepada Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Presiden Joko Widodo dan Bursa Efek Indonesia. Dalam petisinya, Farisi mengungkapkan bahwa tahun 2020 akan menjadi kebangkitan kembali investor ritel yang ditandai dengan peningkatan jumlah investor yang cukup signifikan.

“Namun, pemerintah tidak mendukung investor muda ini untuk tumbuh. Sebaliknya, mereka melihat mereka sebagai peluang untuk menambah pundi-pundi pemerintah melalui materai yang dibebankan untuk setiap konfirmasi perdagangan yang diterima investor,” ujarnya dalam petisi, dikutip, Sabtu (16/10). 19/19). 12/2020).

[Gambas:Video CNBC]

(tas tas)


Source