JAKARTA, KOMPAS.com – PT Pupuk Indonesia (Persero) memiliki inovasi di bidang teknologi informasi yang disebut dengan Distribution Planning and Control System (DPCS).
Teknologi ini merupakan sistem terintegrasi yang dirancang untuk melakukan pengendalian rantai pasok untuk distribusi pupuk bersubsidi yang optimal dan aman sepanjang tahun dari sentra produksi hingga lini IV.
Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Gusrizal mengatakan, melalui DPCS, perseroan dapat memantau kegiatan distribusi dan memantau stok pupuk di lapangan setiap saat untuk meminimalisir potensi kekurangan pupuk di daerah dan meningkatkan ketepatan perencanaan distribusi.
Baca juga: Erick Thohir ingin mendirikan perusahaan pupuk non subsidi
Ini juga sebagai upaya Pupuk Indonesia untuk memenuhi arahan Kementerian BUMN untuk transformasi.
“Sejak tahun lalu kami diminta pemegang saham untuk bertransformasi. Jadi tuntutannya agar penyaluran pupuk lebih baik. Karena ini penugasan, Pupuk Indonesia berusaha maksimal, salah satunya melalui inovasi DPCS ini,” kata Gusrizal dalam sambutannya. keterangan tertulisnya, Selasa (22/12). / 2020).
Dijelaskan Gusrizal, fungsi dan manfaat DPCS adalah untuk memudahkan pemantauan pendistribusian stok pupuk secara nasional yang dilakukan oleh Grup Pupuk Indonesia, yaitu menampilkan data dari lini 1 hingga lini 4 secara real time, termasuk pupuk dalam perjalanan dan juga status pelabuhan.
Dengan begitu, lanjut Gusrizal, DPCS bisa menjadi alat manajemen Pupuk Indonesia dalam mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
Sebab, berkat DPCS, perusahaan kini punya fitur Sistem peringatan dini di setiap area yang kekurangan atau kelebihan pupuk.
Baca juga: Bantu Pulihkan Perekonomian, PGN Salurkan Gas ke PT Pupuk Kujang Cikampek
“Kita harus melayani sampai ke ujung perbatasan Ternate di sana dan sampai ke ujung Papua. Untuk itu, kita membutuhkan alat DPCS ini untuk mengetahui ada atau tidaknya stok di lapangan, untuk memantau stok yang bergerak. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Distribusi, “kata Gusrizal.
Gusrizal menambahkan, selain stok pupuk, data yang disajikan dalam sistem DPCS juga mencakup penjualan, alokasi di tiap daerah, kapasitas gudang, posisi perjalanan pupuk baik darat maupun laut, kontak tenaga pemasaran di tiap wilayah, distributor, pengecer dan informasi detail. . lain.
“Saat ini produk bersubsidi sudah dihadirkan dalam sistem DPCS untuk jenis Urea dan NPK. Kami sedang dalam proses melengkapi produk bersubsidi lainnya seperti ZA, SP-36, dan Organik,” jelasnya.
Secara teknis, DPCS merupakan data yang terintegrasi berdasarkan data geospasial.
Database utama DPCS diperoleh dari beberapa sistem yang dimiliki oleh Pupuk Indonesia Group.
Baca juga: Menteri Pertanian SYL Minta Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tepat Sasaran
Data tersebut dikumpulkan di gudang kemudian ditampilkan dalam bentuk web berdasarkan data spasial.
Inovasi ini sangat kompleks karena mencakup wilayah distribusi pupuk bersubsidi yang sangat luas, dengan karakter yang berbeda dan unik di setiap daerah dengan melibatkan banyak distributor dan pengecer.
Meskipun demikian, kompleksitas DPCS dipermudah melalui Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu model skenario dan struktur distribusi yang terdiri dari sentra produksi, wilayah provinsi, kabupaten / kota, dan gudang yang dibagi menjadi beberapa kelompok data.