KOMPAS.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mengumumkan Penghargaan Kalpataru 2020 hari ini, Senin (21/12/2020), melalui siaran langsung di kanal YouTube Kementerian LHK.
Penghargaan Kalpataru diberikan setiap tahun, sejak tahun 1980, kepada individu dan kelompok yang telah berkontribusi dalam upaya merintis, melayani, menyelamatkan, dan memelihara kelestarian lingkungan dan kehutanan.
Pemberian Kalpataru pada tahun 2020 bertepatan dengan 40 tahun Kalpataru. Tahun ini, ada 175 proposal dari 29 provinsi yang kemudian divalidasi dan dinilai oleh Dewan Pertimbangan Penghargaan Kalpataru.
Dari jumlah proposal tersebut, terpilih 10 penerima Kalpataru Award 2020 yang terbagi dalam empat kategori, yaitu:
- Pionir Lingkungan
- Layanan Lingkungan
- Juruselamat Lingkungan
- Penasihat Lingkungan
Anggota Dewan Pertimbangan Penghargaan Kalpataru, Imam Prasodjo mengatakan, penerima penghargaan Kalpataru adalah pemecah dan pendorong pertumbuhannya. budaya harapan atau sikap positif terhadap masa depan.
“Orang-orang ini adalah orang-orang abnormal. Orang-orang ini adalah orang-orang yang keluar dari cengkeraman, tetapi di tengah-tengah sitasi yang kacau ini, kami membutuhkan orang-orang abnormal di negeri ini,” kata Imam, dikutip dari siaran langsung. Youtube Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Senin (21/12/2020).
Baca juga: 10 Tahun Transplantasi Terumbu, Nelayan Bangsring Dapat Kalpataru
1. Kategori Pelopor Lingkungan
Zeth Wonggor
Zeth Wonggor adalah penggagas upaya pelestarian keanekaragaman hayati di sekitar Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Pada tahun 1990, Wonggor mulai dipindahkan untuk melindungi hutan di sekitar Desa Mokwan di Pegunungan Arfak. Ia berhasil melindungi hutan seluas 8.800 hektar dari pemburu liar dan pembalak liar.
Mata pencaharian ekonomi masyarakat sekitar desa juga meningkat tanpa merusak alam. Berkat upayanya melestarikan spesies endemik Cenderawasih, Wonggor mendapat julukan “Penjaga Burung Cendrawasih di Pegunungan Arfak”.
Sadikin
Sadikin merupakan warga Kampung Jawa, Kabupaten Bengkalis, Riau, yang memiliki kepedulian terhadap kebakaran lahan gambut yang berlanjut dari tahun 2012 hingga 2015.
Kebakaran lahan gambut tersebut menyebabkan bencana kabut asap yang juga merenggut nyawa putrinya akibat ISPA.
Sadikin adalah anggota relawan Community Concerned Fire (MPA) yang diinisiasi oleh Desa Sei Pakning untuk memadamkan api dan mencegah kebakaran, serta memprakarsai penanaman nanas di lahan yang terbakar bersama Kelompok Tani Tunas Makmur.