Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Amerika Serikat (AS) dibuka merah pada perdagangan Senin (21/12/2020), dicekam kekhawatiran kasus Covid-19 akan semakin kompleks menyusul ditemukannya strain baru virus Corona di Inggris. .
Dow Jones Industrial Average ambruk 200 poin pada pukul 8:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang waktu 10 menit meningkat menjadi 120,9 poin (-0,4%) menjadi 30.058,18. Indeks S&P 500 merosot 36,8 poin (-0,99%) menjadi 3.672,65 dan Nasdaq minus 129,2 poin (-1,01%) menjadi 12.626,46.
Sentimen stimulus diabaikan oleh investor yang khawatir dengan ditemukannya mutasi virus Corona di Inggris yang memicu lockdown (kuncitara) London dan sebagian Inggris Tenggara, serta larangan berkumpul untuk merayakan Natal.
Varian baru dari virus Covid-19 dikatakan memiliki kemungkinan penularan 70% lebih tinggi daripada strain aslinya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi virus di Denmark, Belanda, dan Australia.
Akibatnya, saham-saham yang terkait dengan sektor perjalanan mengalami tekanan. Saham American Airlines anjlok 5,2% dan Unite Airlines turun 4%, begitu pula saham di sektor tamasya dan pelayaran.
Dengan dua hari perdagangan tersisa pada tahun 2020, indeks S&P 500 telah meroket 14,8% sepanjang tahun, sementara indeks Dow Jones naik 5,8%. Indeks Nasdaq naik hingga 42,2% karena investor memburu saham teknologi yang relatif tahan pandemi.
“Mutasi Covid adalah kenyataan, dan setidaknya ada beberapa kekecewaan atas apa yang ada dalam perjanjian stimulus, yang berarti kita akan melihatnya berkurang menjadi volatilitas karena mendekati akhir tahun 2020,” kata Chris Larkin, Managing Director. E-Trade, seperti dikutip CNBC Internasional.
Pada hari Senin, Kongres akan memberikan suara pada kesepakatan stimulus senilai US $ 900 miliar. Menurut juru bicara Gedung Putih Judd Deere, Presiden AS Donald Trump menandatangani draf stimulus pada Minggu malam.
Masalahnya adalah jika pada akhirnya vaksin dapat mengubah protein permukaan (virus) sehingga tidak dapat dikenali oleh antibodi yang sudah kita miliki, dan kita harus memperbarui vaksin kita, kata Scott Gotlieb, mantan komisaris Food and Administrasi Obat (Food and US Drug Administration (FDA).
Menurut dia, protein dalam virus Covid mungkin tidak bermutasi secepat flu musiman, sehingga vaksin yang ada saat ini masih dapat membuat antibodi terhadap virus tersebut, namun vaksin tersebut perlu diperbarui setiap tiga tahun.
Pada hari Senin, Tesla akan menjadi konstituen indeks S&P 500 dengan bobot 1,7%. Namun saham perusahaan yang dikendalikan oleh Elon Musk anjlok 4,8% di sesi pembukaan. Sebaliknya, saham JPMorgan melonjak hampir 3% setelah bank sentral AS mengizinkan pembelian kembali saham (membeli kembali) perbankan pada kuartal pertama 2021.
TIM PENELITI CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(ags / ags)