Dengan tantangan tersebut, pemerintah dihimbau berhati-hati dalam merencanakan kegiatan vaksinasi – Nasional

Ketika pemerintah mencari cara terbaik untuk menggulung program vaksinasi COVID-19 nasional sesegera mungkin, seorang ahli telah mengingatkan pihak berwenang untuk merencanakan dengan hati-hati untuk melakukan upaya yang sukses.

Indonesia berencana menjalankan program vaksinasi pada bulan-bulan awal tahun depan. Pemerintah telah memesan sekitar 143 juta dosis vaksin dari Biotek Sinovac China dalam berbagai bentuk, mulai dari dosis siap pakai hingga paket vaksin, dengan total 1,2 juta dosis vaksin tiba di negara itu awal bulan ini.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), bagaimanapun, belum menyetujui distribusi vaksin Sinovac, mengatakan bahwa itu akan memperpanjang tahap pemantauan uji coba selama tiga bulan lagi untuk menentukan kemanjuran dan efek samping vaksin.

“Pandemi bisa berubah menjadi endemik selama [a country] mampu mempersiapkan program vaksinasi dengan baik untuk mengendalikan penyakitnya, ”kata ahli epidemiologi Dicky Budiman seperti dikutip oleh kompas.com pada 19 Desember.

Namun, dia mengatakan pengorganisasian program vaksinasi mungkin bukan tugas yang mudah karena beberapa faktor berpotensi menghambat keberhasilannya.

Yang pertama, lanjut Dicky, adalah potensi pandemi lain di masa depan. Virus yang tidak terdeteksi yang berada di dalam tubuh mungkin aktif kembali di masa mendatang, misalnya.

Selain itu, hewan dapat tertular COVID-19 dari manusia dan menularkannya ke hewan lain dan juga manusia.

Baca juga: [INSIGHT] Yang kita ketahui sejauh ini tentang vaksin COVID-19 dan varian baru

Dicky juga mengingatkan pemerintah untuk menyiapkan langkah preventif terhadap anti vaxxers yang kemungkinan besar akan menimbulkan narasi yang menyesatkan untuk menyurutkan semangat masyarakat agar tidak mendukung program vaksinasi. Strategi komunikasi yang kuat, lanjutnya, sangat disarankan untuk mengantisipasi kelompok tersebut.

Apalagi, pandemi masih dianggap enteng oleh masyarakat karena hoax dan misinformasi yang beredar luas di internet. Ia yakin situasi ini akan menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat, yang dapat mengancam keberhasilan program vaksinasi.

“[Such false claims] akan mempersulit beberapa orang kami untuk menerima vaksin, ”katanya.

Kendati demikian, Dicky menegaskan bahwa COVID-19 tidak akan langsung berhenti begitu pemerintah mengeluarkan vaksin, apalagi Indonesia masih mencatat lebih dari 6.000 kasus baru setiap hari. Dia menduga, jika proses penelusuran dilakukan dengan baik, jumlah kasus baru setiap hari bisa mencapai 20.000, tambahnya.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo sebelumnya mengatakan pada 16 Desember bahwa vaksin COVID-19 akan tersedia secara gratis untuk publik, menyusul kritik terhadap rencana pemerintah untuk mendanai vaksinasi hanya sepertiga dari populasi yang ditargetkan.

Hingga saat ini, Jokowi belum merinci lebih lanjut jadwal program, serta kapan vaksin tersebut akan dirilis ke publik. (dpk)

Catatan Editor: Artikel ini adalah bagian dari kampanye publik oleh satuan tugas COVID-19 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pandemi.

Source