Bumi merupakan salah satu planet yang memiliki kekayaan di dalamnya dan merupakan tempat tinggal manusia di alam semesta. Kelimpahan kekayaan di bumi telah memungkinkan manusia bertahan hidup ratusan ribu tahun yang lalu. Saat ini kehidupan manusia telah mencapai abad 21 seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah aktivitas dan kebiasaan manusia.
Namun, aktivitas dan kebiasaan manusia saat ini menyebabkan rusaknya sebagian kekayaan bumi. Kegiatan seperti penggunaan bahan bakar, pembuangan sampah secara ilegal, penebangan pohon dan penebangan hutan untuk membuat bangunan, dan penggunaan energi berlebih secara tidak sadar mencemari bumi dan menimbulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca adalah peristiwa ketika gas di atmosfer meningkat sehingga dapat merusak atmosfer. Gas-gas di atmosfer disebut gas rumah kaca. Gas rumah kaca inilah yang menyebabkan perubahan iklim yang telah terjadi selama beberapa waktu. Walaupun gas rumah kaca dapat terjadi oleh faktor alam, namun aktivitas dan kebiasaan manusia di era sekarang juga menjadi pemicu terjadinya gas rumah kaca. Ini juga diungkapkan dalam laporan IPCC (Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim) bahwa aktivitas manusia mempercepat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Institut Sumber Daya Dunia (WRI) tahun 2015, emisi karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh negara-negara di dunia sebanyak 47,59 miliar ton emisi CO2 (MtCO2e) per tahun. Indonesia sendiri menempati urutan keenam dengan emisi karbondioksida yang dihasilkan sebesar 1.981 MtCO2e dan menghasilkan 6,76 tCO2 per tahun.
Laporan NASA tahun 2019, NASA juga menyatakan bahwa jika suhu bumi meningkat 1,5ºC, maka bumi akan mengalami gelombang panas yang ekstrim yang mengakibatkan beberapa kejadian seperti kebakaran dan kekeringan.
Jam dan Perkiraan Iklim
Dengan kondisi bumi yang terus mengalami perubahan iklim yang ekstrim dan laju emisi karbon yang sangat cepat, seniman bernama Gan Golan dan Andrew Boyd berkolaborasi dengan beberapa ilmuwan untuk membuat karya seni berupa “Climate Clocks” atau Jam Iklim yang diteliti di Mercator Research Institut Global Commons dan Perubahan Iklim di Berlin. Jam Iklim yang ditampilkan di 14th Street Building, One Union, memperkirakan 7 tahun, 101 hari, 17 jam, 29 menit dan 22 detik hingga anggaran karbon habis jika dilihat dari laju emisi yang terjadi di bumi saat ini. Jam iklim ini juga memberi waktu bagi dunia untuk bersiap menghadapi perubahan iklim yang didasari oleh aksi pembakaran karbon sekitar 306,5 miliar ton karbon dan selama tujuh tahun tersebut keadaan bumi tidak dapat dibalik.
Jam iklim memiliki tujuan untuk mencegah efek pemanasan global dengan menunjukkan nilai persentase (berwarna hijau) sebagai sebagian kecil dari energi yang dihasilkan oleh sumber terbarukan, para seniman Golan dan Boyd menyebutnya sebagai garis hidup.
Perubahan iklim dan kesehatan bumi ada di tangan kita sendiri sekaligus mencegah peningkatan laju emisi bumi. Kemudian, jika hal yang diramalkan oleh jam iklim itu benar, yang bisa kita lakukan adalah mengubah gaya hidup kita dan menyadari bahwa kita sedang mengalami krisis lingkungan. Merubah gaya hidup sendiri tidak harus langsung ke hal-hal besar, tapi bisa dilakukan dengan melakukan aktivitas kecil, seperti:
1. Menggunakan transportasi umum
Dengan menggunakan angkutan umum maka dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan yang dapat menimbulkan gas rumah kaca terutama penggunaan kendaraan bermotor. Tidak hanya itu, dengan menggunakan transportasi umum kita juga bisa menyelamatkan masyarakat yang mengalami gangguan pernafasan dengan cara mengurangi polusi udara yang dihasilkan.
2. Mengurangi Penggunaan Plastik
Penggunaan plastik mudah ditemukan saat beraktivitas, misalnya saat berbelanja. Namun penggunaan plastik dapat menimbulkan pencemaran pada tanah dan air serta mengancam kehidupan flora dan fauna di dunia karena plastik merupakan bahan yang sulit terurai. Mengurangi penggunaan plastik dapat dilakukan dengan cara mengganti plastik dengan bahan yang mudah terurai secara hayati seperti kantong kertas, atau bahan yang dapat digunakan berulang kali seperti bahan. besi tahan karat, kayu dan lainnya.
3. Menghemat Energi Listrik dan Penggunaan Air
Dengan bertanggung jawab atas penggunaan energi listrik, kami telah berkontribusi dalam mencegah peningkatan laju emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca menyebabkan kekeringan dan kebakaran, untuk menghemat penggunaan air kita dapat mencegah akibat dari emisi gas rumah kaca.
4. Mendaur Ulang dan Menanam Pohon
Jika ada barang dalam jumlah besar yang sulit terurai, kita bisa memanfaatkannya untuk kreativitas kita dengan cara mendaur ulang barang tersebut menjadi barang yang cocok untuk digunakan atau bahkan bisa dijadikan ide bisnis, atau barang yang sulit terurai seperti plastik cangkir dapat digunakan sebagai pot untuk menanam tanaman. dan pohon untuk menambah asupan oksigen dan mengurangi emisi karbon yang menyebabkan gas rumah kaca.
Seperti yang telah disebutkan, bahwa pengurangan emisi gas karbon dapat dikurangi dengan kegiatan-kegiatan kecil yang seringkali dianggap kurang penting. Populasi manusia juga dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup, jika dalam satu bidang dapat melaksanakan kegiatan kecil tersebut dan membuahkan hasil yang baik, bagaimana jika satu dunia dapat melaksanakannya? Jadi mari kita buat jam iklim kita sendiri untuk mengingatkan semua orang. Hijau atau abu-abu bumi dimulai dari tangan kita sendiri.
Sumber: https://iesr.or.id/pustaka/p potensi-penunan-emisi-indonesia-melewat-perubah-gaya-hidup-individu
http://en.wikipedia.org/wiki/Climate_Clock