Jakarta, CNN Indonesia –
Misa tahun 1812 Yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Komunis (Anak NKRI) gagal menggelar demonstrasi menuntut pembebasan Pentolan FPI Rizieq Shihab dan mengusut penembakan enam anggota pasukan paramiliter FPI, Jumat (18/12).
Aksi yang seharusnya digelar di depan Istana Kepresidenan itu langsung dibubarkan polisi sejak massa mulai berkumpul.
Awalnya, pukul 13.15 WIB, massa yang didominasi pakaian putih mulai berdatangan. Mereka singgah di depan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat yang dijaga aparat.
Kedatangan massa tersebut kemudian disambut imbauan Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Novianto. Lewat pengeras suara, Heru meminta massa membubarkan diri dan tidak membuat massa.
“Saya ingatkan untuk segera kembali. Kami akan bertindak tegas untuk membubarkan massa. Pandemi di Jakarta masih tinggi. Segera kembali. Saya ingatkan tidak ada orang banyak,” ujarnya.
Saat itu, massa memilih tetap tinggal, mereka meneriakkan salawat dan mengumandangkan takbir. Namun tak lama kemudian, aparat Polri dan TNI yang berjaga langsung bergerak maju mendorong massa untuk mundur. Beberapa orang di dalam mobil komando diminta turun.
Aksi sikutan aparat keamanan dengan massa berlangsung di sekitar Patung Kuda selama beberapa menit. Salah satu petugas berteriak “Tarik satu, tarik”.
Saat itu, teramati beberapa orang langsung diamankan polisi.
Tak lama setelah berdesakan, massa akhirnya mundur dan berpencar menuju Jalan Medan Merdeka Selatan, Jalan MH Thamrin, dan Jalan Budi Kemerdekaan.
![]() Massa tahun 1812 itu sedang memakai pesawat saat polisi hendak dibubarkan di Jalan Abdul Muiz. |
Saat menangkis massa di Jalan MH Thamrin, Heru melalui pengeras suara mengimbau petugas untuk menangkap massa lawan.
“Tangkap saja mereka yang bertengkar. Transportasi. Tapi jangan dipukul,” kata Heru.
Pihak berwenang langsung terlihat menangkap beberapa massa. Selain itu, aparat juga menangkap massa yang berhamburan ke jalan-jalan di sekitar Patung Kuda sambil menyisir massa.
Data dari kepolisian menunjukkan sedikitnya 155 orang ditangkap sehubungan dengan aksi 1812 itu. Namun, mereka ditangkap di berbagai lokasi. Mereka kemudian menjalani tes cepat dan hasilnya sebanyak 22 orang reaktif Covid-19.
Tak hanya massa, mobil komando aksi dan ambulans yang membawa logistik juga diamankan polisi.
Koordinator Aksi Lapangan 1812 Rijal Kobar menyatakan, pihaknya tidak mengetahui mengapa aksi 1812 dibubarkan oleh aparat sejak massa mulai berkumpul.
Dia mengaku sebelumnya sudah menangani notifikasi aksi ke Polda Metro Jaya.
Soal diberhentikan, saya tidak tahu, tapi izin prosedural sudah saya laksanakan. Notifikasi prosedural, kalau tindakannya diberitahukan, sekarang saya tidak tahu apakah Covid itu beda dari biasanya, ”ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat. Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. (18/12).
Sementara itu, Inspektur Jenderal Kapolda Metro Jaya Fadil Imran menegaskan keselamatan masyarakat adalah hukum tertinggi. Dia mengatakan ini sehubungan dengan pembubaran.
“Pepatah keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi atau Salus Populi Suprema Lex Esto, itu harus menjadi pedoman utama atau bahkan prinsip dasar bagi seluruh komponen bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari,” kata Fadil kepada wartawan, Jumat (25/10). 18/12).
(yoa / evn)
[Gambas:Video CNN]