
anemija.rs
Perhatikan! Jangan sampai anak kekurangan zat besi, atau orang tua menyesalinya.
GridHEALTH.id – Semua nutrisi penting untuk perkembangan anak.
Zat besi merupakan mikronutrien yang menentukan masa depan seorang anak sekaligus bangsa.
Namun sayangnya masalah kekurangan zat besi masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, ini merupakan bahaya laten bagi bangsa dan negara ini.
Baca juga: Manfaat bercinta di pagi hari Benar-benar Ampuh, Buktikan!
Demikian dikatakan Dr. dr. Roy Basrowi MKK dalam webinar Danone SN bertema ‘Defisiensi Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju, Kamis (17/12/2020), “Anak adalah Aset Bangsa yang harus dijaga, tapi karena masalah besi sebagai masalah kesehatan nasional itu sendiri. ”
Dalam webinar tersebut terungkap bahwa di Indonesia sekitar 50-60% anak mengalami anemia akibat kekurangan zat besi.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Tembus 7 Ribu, Bagi Yang Berkerumun Lebih Dari 5 Orang Akan Denda
Padahal di Indonesia segala sesuatu yang dapat mencegah kekurangan zat besi ada dan melimpah.
Untuk mencegah kekurangan zat besi, tidak ada cara lain, yaitu memenuhi kebutuhan nutrisi harian Anda dengan asupan hewani.
Karena sumber zat besi terbesar dan banyak di makanan hewani.
Baca juga: Kekurangan Zat Besi Adalah Bahaya Laten Bangsa Indonesia, Membuat Generasi Emas Bisa Gagal Karena Itu
Pada anak-anak di Indonesia, kekurangan zat besi biasanya terjadi pada usia 6 bulan-23 tahun.
Menurut dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK., Spesialis Gizi sekaligus Ketua Departemen Gizi FK UI yang juga menjadi pembicara di acara yang sama, kondisi gizi buruk dini pada anak-anak di Indonesia bisa terjadi karena pada usia lanjut. 6 bulan-23 tahun kebutuhan zat besi meningkat, akibat peningkatan pembentukan saraf otak.
Baca juga: Kabar Baik, Jakarta Tidak Lagi Masuk Daftar Kota Paling Berpolusi Di Dunia!
Namun saat kebutuhan zat besi meningkat hal itu terjadi, tidak dibarengi dengan asupan gizi yang cukup sesuai dengan kebutuhannya.
Sehingga ada anak yang stunting juga;

Zali
Talkshow bertajuk “Defisiensi Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju” yang diselenggarakan oleh Danone SN
Jangan pendek
– Penurunan kognitif atau kecerdasan.
Baca juga: Sering susah tidur pertanda konsumsi gula berlebihan, ini bagusnya
– Penurunan fungsi otak (perhatian, pendengaran, dan visual).
– Fungsi motorik menurun: Cepat lelah, lelah, lesu, tidak gesit dibandingkan anak seusianya.
Jangka panjang
– Prestasi menurun di sekolah, seperti berhitung, membaca dan menulis.
Baca juga: Mucormycosis, infeksi jamur yang dipicu oleh Covid-19, bisa menyebabkan kebutaan
– Perhatian dan perubahan sosial akibat kurang tanggap terhadap lingkungan dengan kata lain anak akan lamban saat melakukan sesuatu.

Fakta tentang kekurangan zat besi
– Perubahan perilaku, hal ini sangat berbahaya karena anak dapat menjadi kurang aktif, kurang gerak, lalai, tidak responsif, tidak ceria, mudah lelah.
Bahkan ada penelitian yang menyatakan jika anak kekurangan zat besi akan mengalami ketakutan untuk memulai hal baru.
Baca Juga: Harus Dipenuhi Saat Masa Emas, Kenali 3 Aspek Penting dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan
Solusinya, lakukan pencegahan sejak dini pada anak. Mulai dari ASI, jangan sampai telat memberikan MP-ASI, jangan lupa;
1. Konsumsi sumber zat besi;
Baca Juga: Syarat Keluar dan Masuk Jakarta, Ini Perbedaan Tes Cepat Antibodi dan Tes Cepat Antigen
– Sumber utama hewan; Hati sapi / ayam, daging merah, kuning telur, unggas, ikan, udang, tiram.
– sumber nabati; kacang-kacangan, sayuran hijau, biji-bijian.
2. Konsumsi makanan / minuman yang diperkaya zat besi.
Baca Juga: Wiku; Penderita Covid-19 di Indonesia Dengan Penyakit Ginjal Komorbid Risiko Kematian Tertinggi
Jika Anda terlanjur mengalami kekurangan zat besi, selain memperbanyak asupan makanan yang tinggi zat besi, konsultasikan ke dokter. Apakah suplementasi zat besi diperlukan.
#stunting
#FaceCorona
#BijakGGL
Video Unggulan
KONTEN YANG DIPROMOSIKAN