Jakarta,CNBCIndonesia– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu kembali mencetak 2,8% rally menjadi 6.104.324, sehingga berhasil membentuk penguatan selama 11 minggu tanpa henti. Hari ini, angin segar akan bertiup dari Amerika Serikat (AS) yang telah melalui perbedaan politik untuk mencapai stimulus baru di akhir tahun.
Data perdagangan menunjukkan bahwa investor asing melakukan net beli sebesar Rp. 1,04 triliun di pasar reguler sepanjang pekan lalu, dengan total transaksi bursa mencapai hampir Rp. 102 triliun.
Kebanggaan pasar Indonesia ini berada pada level tertingginya sejak Januari lalu alias telah melewati level saat ini pandemi. Artinya, kondisi psikologis pelaku pasar sudah pulih dari serangan tersebutCovid-19.
Sentimen positif datang dari luar dan dalam negeri berupa vaksinasi massal di AS mulai Senin waktu setempat. AS kini mengikuti Inggris, yang telah divaksinasi dengan vaksin yang dibuat oleh Pfizer bekerja sama dengan BionTech.
Dari dalam negeri, pemerintah telah merampungkan dua peraturan pelaksana UU Cipta Kerja (UU Omnibus Law Ciptaker) dan Keputusan Presiden (Kepres) yang mengatur tentang pembentukan dana abadi (Sovereign Wealth Fund) untuk Lembaga Pengelola Penanaman Modal yang akan menjadi alternatif pembiayaan proyek infrastruktur di Indonesia.
Nafas optimisme berhembus dari pasar surat utang dimana harga obligasi pemerintah Indonesia masih dalam tren naik dengan harga obligasi bertenor 10 tahun yang masih menguat.
Hasil Surat Berharga Negara (SBN) seri FR0082 melemah meninggalkan level psikologis 6%, bertengger di level 5.976%. Posisi tersebut merupakan yang terendah sejak 24 Mei 2013, yakni sebesar 5,87% saat itu.
Sebagai perbandingan, hasilSBNseri tersebut di akhir tahun lalu di level 7.098%. Dalam sehari, imbal hasil obligasi pemerintah acuan di pasar turun 3,1 basis poin (bp).
Imbal hasil bergerak melawan harga, sehingga menguatmenghasilkanmenunjukkan harga sekuritas hutang sedang melemah. Begitu pula seharusnya. Perhitungan yield menggunakan referensi basis poin (bp) yang setara dengan 1/100.
Namun, rupiah melemah terhadap 0,07% greenback dalam perdagangan pasar spot ke level Rp 14.080 per dolar Amerika Serikat (AS). Meskipun mayoritas mata uang utama Asia mampu menjadi kuat terhadap dolar AS.
Selain rupiah, hanya dolar Hong Kong dan won Korea Selatan yang mengalami depresiasi. Pelemahan 0,07% sudah cukup untuk mengubah rupiah menjadi mata uang yang paling lemah di Asia, itu hanya lebih baik daripada menang.
Pelemahan terjadi setelah pelaku pasar melihat vaksinasi di Indonesia belum terwujud hingga akhir tahun ini, karena Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).BPOM) masih memproses izin distribusi vaksin Sinovac terbuat Cina.