
Pandemi COVID-19 adalah krisis kesehatan terbesar yang melanda dunia. Pandemi ini telah mempengaruhi hidup kita dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Meskipun setiap orang (dari pemerintah dan bisnis, hingga komunitas dan individu) telah melakukan upaya bersama untuk meningkatkan keselamatan sambil menjaga aktivitas tetap berjalan seperti biasa, masih sulit untuk mengukur bagaimana masyarakat dan ekonomi akan berkembang setelah ini. Meski Indonesia sudah pasti akan keluar dari krisis ini, pertanyaan yang kemudian harus kita ajukan adalah, seperti apa kehidupan pasca COVID di negeri ini? Di tengah situasi saat ini, konsep ‘normal baru’ telah berkembang. Tetapi bagaimana tepatnya transisi Indonesia ke masa depan, dan bagaimana negara dapat memanfaatkan teknologi baru seperti 5G untuk menciptakan ekosistem yang lebih cerdas dan lebih aman bagi masyarakat, terutama di zona perkotaan dengan kepadatan tinggi? Di sinilah penyedia layanan komunikasi (CSP) Indonesia dapat berperan penting.
Menuju 5G
Sebelum COVID-19, negara-negara di seluruh dunia telah mempercepat agenda transformasi digital mereka untuk membawa masyarakat mereka ke masa depan dan membuka kemungkinan ekonomi baru. Dalam hal ini, Indonesia muncul sebagai salah satu pendorong perkembangan ekonomi internet Asia Tenggara – bukan hanya karena luasnya negara, tetapi juga karena ekonomi internetnya tumbuh rata-rata 40 persen setiap tahun. Di tengah perlombaan digital ini, semakin banyak negara yang mulai memasuki era baru konektivitas digital dengan 5G, beberapa pasar Asia Tenggara sudah mulai menggelar layanan 5G atau mengalokasikan spektrum ke operator lokal. Mengingat kuatnya pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dan ibukotanya, Jakarta dikenal sebagai salah satu pusat teknologi besar berikutnya di Asia, tinggal menunggu waktu saja bangsa ini ikut berlomba. Menjelang rencana 5G, pemerintah telah mengambil pendekatan yang skalabel dengan terlebih dahulu menyelesaikan infrastruktur serat telekomunikasi di seluruh negeri melalui Proyek Palapa Ring. Namun, seperti banyak negara lain, ambisi komunikasi Indonesia – serta rencana 5G-nya – terhambat oleh pandemi yang sedang berlangsung. Sejalan dengan upaya negara untuk meratakan kurva pandemi, memprioritaskan alokasi sumber daya negara untuk mengendalikan penyebaran virus corona menjadi pilihan yang tepat. Pandemi juga menunjukkan ketergantungan yang semakin besar pada teknologi di Indonesia. Aktivitas ekonomi telah menurun di banyak daerah, tetapi layanan seluler dan online seperti pengiriman makanan dan e-commerce berkembang pesat seiring dengan praktik social distancing. Operator Indonesia memainkan peran penting dalam membantu Indonesia mewujudkan ambisi digitalnya, tidak hanya mempersiapkan masa depan, tetapi juga menjaga masyarakat dan ekonominya tetap berjalan saat ini. Dampak 5G
Wilayah perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi berisiko tinggi menjadi episentrum wabah COVID-19. Hal ini perlu diwaspadai Indonesia karena Jakarta memiliki wilayah metropolitan terpadat di dunia, sehingga risiko penularan virus akan selalu ada. Meskipun pembatasan sosial dilonggarkan pada bulan Oktober, pada bulan-bulan menjelang Oktober institusi dan personel kesehatan semakin sibuk menangani peningkatan jumlah kasus – yang berarti pandemi belum berakhir di Indonesia. Dengan 5G, operator dapat membantu pemerintah kota menciptakan cara baru untuk meningkatkan keselamatan publik, yaitu dengan menggunakan teknologi digital untuk menginformasikan warganya dan menghubungkan layanan publik dengan lebih efisien. Misalnya, di kota-kota serupa di seluruh dunia, pertemuan massal ilegal dan keramaian di angkutan umum menjadi tantangan bagi pihak berwenang. Kombinasi 5G dan analitik dapat memprediksi ‘kerentanan’ dan, dengan intervensi yang tepat, mencegah orang banyak berkumpul. Kolaborasi Nokia dengan kota Sendai di Jepang – tempat drone diujicobakan dalam situasi pencegahan dan mitigasi bencana – membuktikan bahwa ada potensi besar untuk aplikasi 5G dalam keselamatan publik. Pendekatan pencegahan yang lebih otomatis sangat penting, karena ini berarti bahwa layanan darurat dapat dipertahankan dengan aman dan pemerintah dapat lebih berkonsentrasi pada masalah yang mendesak. Ini semua adalah bagian dari pendekatan baru dan terintegrasi ke kota-kota yang lebih cerdas – di mana transfer data dan analitik berkemampuan 5G dapat diterapkan secara dinamis ke informasi tentang transportasi dan layanan umum. Hal ini kemudian memungkinkan para pemimpin kota untuk mengambil pandangan yang lebih holistik tentang situasi dan layanan masyarakat secara real time. Salah satu layanan utama yang menjadi masalah mendesak selama pandemi adalah perawatan sosial. Bagi mereka yang berada dalam situasi rentan, 5G memiliki potensi besar untuk meningkatkan perlindungan dan inklusi selama masa krisis, dan dengan demikian mengurangi stres dan kecemasan. Melalui tautan video dan pemantauan jarak jauh, kami dapat melihat bahwa ada banyak kemajuan yang terjadi untuk mengubah layanan sosial, tetapi COVID-19 telah meningkatkan kesadaran kami tentang perlunya mempercepat kemampuan dan penerapan sistem teknologi.
Normal Baru
Meski Indonesia terus dilanda pandemi, ada alasan untuk optimis. Pemerintah memahami bahwa transformasi digital yang lebih luas penting untuk tidak hanya membantu masyarakat Indonesia keluar dari krisis saat ini, tetapi juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan negara dalam menghadapi keadaan darurat di masa depan.

Operator di Indonesia dapat memainkan peran kunci dalam memerangi COVID-19. Kami melakukan bagian kami sendiri untuk mendukung CSP melalui dasbor lalu lintas jaringan COVID-19, yang menganalisis lalu lintas jaringan global untuk membantu mereka mengantisipasi persyaratan kapasitas dan mengoptimalkan sumber daya. Saat ini, kita semua harus berdiri teguh dalam menanggung krisis saat ini, karena kita harus percaya bahwa kita akan menjadi lebih kuat setelah ini. Saat kami melakukannya, 5G akan siap membantu kami menciptakan dunia yang lebih cerdas, lebih aman, dan lebih tangguh untuk periode kritis ini.

Hari Kemerdekaan Indonesia ke-75
Ditulis oleh Randy Rinaldy, Head of Strategy and Business Operations, Nokia Indonesia