0 Persen Pajak Mobil Ditolak, Barang Mewah dengan Diskon!

Jakarta, CNBC Indonesia – Kabar baik datang untuk industri otomotif. Presiden Jokowi dikabarkan telah menyetujui skema potongan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk mobil baru. Ini setelah skema pajak 0 persen untuk mobil baru ditolak Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Skema insentif pajak yang diajukan oleh industri dan menteri perindustrian memang untuk menggairahkan pasar agar bisa bergairah karena imbas pandemi Covid-19.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengungkapkan, usulan tersebut sudah disetujui Presiden Jokowi. Namun, pihaknya masih menunggu persetujuan Sri Mulyani.

“Kami sudah ajukan PPnBM ini dan saya laporkan ke Presiden, dan prinsipnya dia setuju. Tapi Kementerian Keuangan masih dalam proses penghitungan, wajar saja mereka karena mereka bendahara negara, tentu ada. penilaian sendiri, posisi sendiri, “kata Agus seperti dikutip. Selasa (29/12).

Insentif ini memang sudah dinantikan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO). Mereka sangat berharap ada insentif dari pemerintah terkait Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), setelah skema pajak 0 persen untuk mobil baru ditolak.

Selama ini PPnBM dikenakan berbagai variasi, namun minimal 10% berlaku untuk mobil seperti MPV, pabrikan berharap hanya ada diskon PPnBM 5%. Sejauh ini, skema ini berlaku untuk mobil LCGC yang dapat membebaskan PPnBM hingga 0%.

Namun, belakangan skema diubah, LCGC tidak lagi dikenakan pembebasan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM). Mulai tahun 2021, LCGC akan dikenakan PPnBM sebesar 3% dari sebelumnya 0%.

Ketua I GAIKINDO Jongkie D Sugiarto melihat perlunya stimulus lebih lanjut yang bisa langsung dipengaruhi oleh harga jual mobil, karena daya beli masyarakat saat ini sedang menurun.

“Kami sarankan agar Kementerian Perindustrian memberikan pelonggaran sementara tarif pajak PPnBM. Kami minta diskon 5% untuk mobil tertentu. Khusus mobil produksi dalam negeri, kedua mobil itu seharga Rp 250 juta ke bawah,” kata Jongkie, Selasa ( 15/12).

[Gambas:Video CNBC]

(hoi / hoi)


Source